Subscribe Us

ksk logo.jpg

Meniti Jalan Mulia Bersama Imam Sajjad a.s.(Catatan dari Peringatan Syahadah Imam Sajjad a.s. oleh Prof.Dr.Muhammad Sharifani)

Mohammad Rizqy Sulaeman

Dalam kehidupan ini, kita semua mendambakan sesuatu yang mulia dan indah. Harapan itu bukan sekadar mimpi, tetapi dapat menjadi nyata ketika kita meneladani kehidupan para manusia suci. Salah satu sosok agung yang menjadi panutan dalam menapaki jalan kemuliaan adalah Imam Ali Zainal Abidin (Imam Sajjad a.s.).

Dalam nukilan yang dikisahkan oleh Syahid Murtadha Mutahhari, disebutkan bahwa ada dua tipologi penting dalam kehidupan Imam Sajjad a.s. yang dapat mengantarkan manusia menuju hayat at-thayyibah—kehidupan yang baik dan penuh makna.

1. Doa dan Ibadah

Imam Sajjad a.s. menunjukkan bahwa hubungan antara manusia dan Allah SWT harus dibangun di atas fondasi doa dan ibadah yang tulus. Melalui doa-doanya yang mendalam, beliau mengajarkan bagaimana menyatu dengan Sang Pencipta. Seorang alim Sunni bahkan pernah berkata,

> "Melalui Imam Sajjad, kita belajar bagaimana seharusnya berdoa kepada Allah SWT."

Salah satu warisan agung beliau adalah Sahifah Sajjadiyah, sebuah kumpulan doa yang disebut-sebut sebagai perbendaharaan paling berharga setelah Al-Qur’an dan Nahjul Balaghah. Menurut para ulama besar, Sahifah Sajjadiyah berada "di atas perkataan manusia, namun di bawah firman Allah SWT". Doa-doa dalam kitab ini bukan hanya ratapan dan permohonan, melainkan juga ajaran moral, filsafat, dan spiritualitas Islam yang mendalam.

2. Akhlak Islami

Selain hubungan vertikal dengan Allah, Imam Sajjad juga menekankan pentingnya hubungan horizontal—yaitu hubungan dengan sesama manusia—yang dibangun dengan akhlak Islam yang luhur. Beliau menjadi contoh nyata bagaimana mencintai, memaafkan, dan menghargai sesama, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

---

Kisah Menyentuh: Syekh Bahai dan Allamah Majlisi

Allamah Majlisi, seorang ulama besar Syiah dan murid dari Syekh Bahai, memiliki kisah spiritual yang menggugah. Suatu hari, keduanya berziarah ke sebuah makam. Dalam suasana hening itu, Syekh Bahai—yang telah berusia lanjut—berkata kepada muridnya,

> "Apakah engkau tidak mendengar suara tangisan dari dalam kubur? Jika tidak, maka aku mendengarnya. Wahai Bahai, pikirkanlah dirimu, karena kematian semakin mendekat."

Allamah Majlisi tidak mendengar apa-apa saat itu. Namun, peristiwa tersebut mengguncang hatinya, terlebih setelah sang guru wafat. Hati Allamah pun diliputi kegelisahan yang mendalam.

Suatu malam, dalam qiyamullail, ia duduk khusyuk menghadap sajadahnya. Dalam suasana spiritual yang mendalam, terjadi mukâsyafah (penyingkapan ruhani). Tirai gaib tersingkap, dan datanglah seorang sosok yang berkata kepadanya:

> "Jika hatimu merasa sempit, jika dunia terasa melelahkan, maka akrabkanlah dirimu dengan kitab ini."

Seketika itu, sosok tersebut menghilang. Namun, di hadapan Allamah telah tergeletak sebuah buku—Sahifah Sajjadiyah. Sejak saat itu, Allamah Majlisi menjadikan kitab tersebut sebagai sahabat setianya, dan mengalami perubahan spiritual yang revolusioner dalam hidupnya.

---
Penutup

Imam Sajjad a.s. mengajarkan dua pilar penting dalam mencapai kehidupan yang mulia dan baik: Doa yang menghubungkan kita dengan Allah, dan Akhlak yang menghubungkan kita dengan sesama. Ketika keduanya diperbaiki dan diperkuat, kehidupan kita akan mengarah pada hayat at-thayyibah—kehidupan yang tidak hanya indah di dunia, tetapi juga di akhirat.

Warisan agung seperti Sahifah Sajjadiyah bukan sekadar teks doa, tetapi cahaya bagi jiwa yang mencari arah. Dan Imam Sajjad bukan hanya seorang Imam, tetapi juga guru spiritual umat manusia.

---

gambar : https://parstoday.ir/id/radio

Penulis adalah Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Syariah UINAM Makassar dan Alumni Pondok Pesantren IHB (Islam Harapan Bangsa)

Posting Komentar

0 Komentar