Subscribe Us

ksk logo.jpg

SANDIWARA ATAU SERANGAN NYATA? (Membantah Klaim Dungu terhadap Iran)

Oleh : Dudi Noer

I. Kegagalan Logika: Sandiwara Tak Pernah Menghantam Radar Patriot 

Ketika Iran melancarkan serangan ke wilayah pendudukan Israel sebagai bentuk balasan atas pembunuhan komandan mereka di Damaskus pada April 2024, muncul sebagian suara sumbang dari para pengamat amatiran dan penyebar disinformasi. Mereka menyebut serangan tersebut hanyalah "sandiwara", sebuah teater geopolitik yang dipentaskan untuk konsumsi global. Narasi ini berkembang di beberapa ruang digital, diisi oleh mereka yang tidak memegang landasan analisis strategis, militer, maupun politik Timur Tengah secara menyeluruh. 

Tuduhan bahwa Iran berpura-pura menyerang Israel dengan lebih dari 300 rudal balistik dan drone kamikaze adalah kekonyolan tingkat tinggi. Sebab, tidak ada negara di dunia, apalagi negara sekelas Iran yang memiliki sistem pertahanan strategis dan martabat revolusioner, akan mempertaruhkan kepercayaan publik dan kredibilitas militer hanya demi “berpura-pura” menyerang musuhnya. 

Pertama, jika ini hanyalah sandiwara, mengapa sistem pertahanan udara Israel kewalahan dan harus meminta bantuan Amerika Serikat, Inggris, bahkan Yordania untuk menangkis serangan itu? Mengapa ratusan rudal Iran ditembakkan dari berbagai lokasi dan berhasil menembus radar Iron Dome, bahkan menghantam pangkalan militer dan markas intelijen? 

Kedua, secara logika militer, operasi sebesar itu memerlukan biaya, koordinasi, dan risiko politik yang sangat tinggi. Iran tidak hanya melepaskan rudal, tetapi juga memperlihatkan doktrin pertahanan simetrik mereka, termasuk penggunaan drone Shahed dan rudal jarak menengah dengan presisi tinggi. Ini bukan latihan. Ini bukan teater. Ini adalah pernyataan strategis bahwa Republik Islam Iran tidak akan membiarkan darah syuhada mereka tumpah tanpa harga mahal yang dibayar musuh. 

Ketiga, analisis dari berbagai lembaga militer independen, termasuk RAND Corporation dan Institute for the Study of War, menunjukkan bahwa serangan Iran itu terstruktur, termobilisasi dari beberapa front, dan memiliki tujuan militer jelas: mengirim sinyal kekuatan dan ketahanan strategis kepada Israel dan sekutunya. 

Mereka yang menyebut ini sandiwara tidak hanya mempermalukan kecerdasan publik, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka tidak memahami bagaimana dunia militer dan geopolitik bekerja. Mereka memperlakukan perang seperti panggung sandiwara, padahal perang sejatinya adalah kontestasi nyawa, kehormatan, dan strategi negara. 

II. Politik Simbolik dan Realitas Darah: Iran Tidak Butuh Panggung Palsu 

Satu hal yang sering dilupakan para komentator dangkal adalah bahwa Iran bukan negara boneka yang memainkan peran di bawah bayang-bayang Barat atau Timur. Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah membangun sistem politik dan ideologi yang berakar pada perlawanan, pengorbanan, dan visi akhir zaman tentang keadilan global. Politik Iran adalah politik simbolik yang mengakar pada syahid, pada Karbala, pada perjuangan tanpa kompromi terhadap kezaliman. 

Jika Iran ingin menciptakan panggung propaganda, mereka tidak perlu mengorbankan nama baik Garda Revolusi, reputasi sistem pertahanan udara, serta menanggung risiko provokasi lebih lanjut dari Israel dan Amerika Serikat. Justru, dengan menyerang secara terbuka dan terarah, Iran menunjukkan bahwa mereka tidak bermain dalam ruang simbolik kosong, tetapi menegakkan etika politik aksi yang nyata: bahwa setiap pelanggaran akan dibalas, dan setiap darah yang tumpah akan ditagih. 

Iran tidak menyerang untuk sekadar pamer kekuatan, tetapi sebagai bagian dari doktrin pertahanan dan moral mereka. Dalam perspektif ini, "sandiwara" adalah kata yang sepenuhnya tidak relevan. Ini bukan panggung, ini medan. 

Lebih jauh, Iran juga tidak takut terhadap eskalasi. Jika benar mereka ingin sandiwara, mereka akan melakukan serangan palsu di wilayah netral, atau menembakkan rudal ke laut seperti yang sering dilakukan negara lain untuk mengirim “peringatan”. Namun Iran langsung menyasar basis-basis strategis militer Israel, termasuk wilayah Dataran Tinggi Golan dan lokasi-lokasi intelijen milik Mossad. Bukti kerusakan telah tersebar, dan banyak video satelit menunjukkan titik-titik api dan ledakan akibat serangan tersebut. 

Perlu dicatat juga bahwa Iran melakukan serangan itu secara declare openly, bukan serangan covert atau melalui milisi bayangan. Ini adalah bentuk keberanian negara berdaulat, yang menyatakan dirinya siap berdiri di medan global untuk mempertahankan martabat bangsanya. 

III. Ilusi Konspirasi dan Inferioritas Nalar: Mengapa Teori “Sandiwara” Digandrungi? 

Salah satu alasan mengapa teori konspirasi seperti “Iran dan Israel bersandiwara” mudah berkembang adalah karena inferioritas nalar kritis dalam membedakan fakta dan fiksi. Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi berita dari sumber tak kredibel dan memiliki mentalitas anti-politik cenderung mencurigai semua kejadian besar sebagai skenario elite global, tanpa menyadari kompleksitas hubungan internasional. 

Padahal, dalam studi geopolitik, tidak ada yang disebut “sandiwara besar” tanpa jejak logistik, komunikasi, dan dampak. Dalam hal ini, serangan Iran telah mengubah peta regional. Koalisi Arab mulai berhitung ulang posisi mereka. AS dilanda dilema: antara membela Israel secara terang-terangan atau menjaga stabilitas kawasan. Serangan Iran juga mendorong solidaritas baru antara poros resistensi dari Gaza, Lebanon, Suriah, hingga Irak dan Yaman. Apakah semua ini hanya demi skenario teatrikal? Jelas tidak masuk akal. 

Teori “sandiwara” biasanya lahir dari dua jenis manusia: mereka yang terlalu naif untuk memahami politik dunia, dan mereka yang terlalu takut menerima bahwa Iran benar-benar berani menantang tatanan dunia yang dikuasai AS dan Israel. Dalam dua kasus ini, yang terjadi adalah pengingkaran terhadap realitas. 

Iran tidak butuh menyamarkan kekuatan mereka. Mereka justru ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka sanggup membalas secara terbuka, dan bahwa era dominasi sepihak sudah selesai. Bahkan, banyak negara mulai memahami bahwa Iran bukan ancaman, tetapi simbol keteguhan terhadap kolonialisme modern. 

Mereka yang menyebut “sandiwara” biasanya juga tak punya argumen selain retorika kosong: “mengapa tak banyak korban?”, “mengapa ada koordinasi Yordania-AS?”, “mengapa Israel tak balas penuh?” — semua pertanyaan ini tak menjawab inti: bahwa serangan itu nyata, bukan palsu. Israel tak membalas penuh karena mereka terkejut. AS menahan diri karena tahu konsekuensi regional. Koordinasi lintas wilayah terjadi karena serangan udara lintas benua memang memaksa negara-negara menyesuaikan ruang udaranya — bukan berarti mereka "main sandiwara" bersama.

Penutup: Kebenaran Tak Butuh Drama, Hanya Keberanian 

Iran telah memperlihatkan bahwa dunia tidak hanya terdiri dari kekuatan militer raksasa dan propaganda Barat. Ada perlawanan. Ada keberanian. Dan yang paling penting, ada tindakan nyata yang mengguncang narasi sepihak bahwa hanya satu pihak yang berhak atas kekuasaan. 

Tuduhan bahwa Iran hanya bersandiwara tak ubahnya nyanyian sumbang dari bibir yang tak pernah mengenal geopolitik, apalagi martabat. Ini bukan tentang panggung. Ini tentang darah, kehormatan, dan keberanian untuk menjawab nyawa dengan nyawa — bukan sebagai pembalasan liar, tetapi sebagai bentuk menegakkan keadilan dalam dunia yang selama ini dibajak oleh kepalsuan. 

Iran bukan malaikat. Tapi mereka juga bukan pemain drama. Mereka adalah negara yang tahu kapan harus menahan, dan kapan harus membalas. Ketika mereka menyerang, itu bukan panggung. Itu adalah perang yang sebenarnya.

gambar : https://web.telegram.org/k/#@PalestinaPost


Biodata Penulis: 

1. Nama : Tajuddin
2. Tempat & Tgl. Lahir : Sorowako, 01.02.1969
3. Riwayat Singkat Pendidikan :
* Pendidikam terakhir. Magister Managemen (S2) Unhas. 2007
4. Pengalaman Kerja :
* Manager CV. Pontada Transport. 2000
* Direktur Utama PT. Pontada Indonesia 1992 - Sekarang
* Staf Proyek Pengembangan Masyarakat Agrobisnis (PPMA). 1988. Maros
5. Pengalaman Organisasi :
* Bendahara Umum HMI 1992-1993
* Ketua Bidang Kekaryaan HMI MPO 1992-1993
* Ketua Bidang Kader 1993-1994 HMI MPO Cab. Makassar
* Ketua Bidang intelektual & Budaya 1994-1995 HMI MPO
* Ketua Umum HMI MPO Cabang Makassar 1996-1997
Pengalaman Politik
* Partai Umat Islam 1997
* Partai Demokrat 2004
* Partai Golongan Karya (Golkar). 2022
7.  Pengalaman Ormas :
* Lembaga Adat To Taipa
* Lembaga Adat kemokolean Nuha
8.  Karya : Penulis Buku
* Ziarah Cinta. Puisi
* Editor buku : Manusia Sempurna, Ibnu Arabi. Penulis Syamsunar Phd.





Posting Komentar

0 Komentar