Ustadz Ridwan Lagading
Setiap tahun, musim qurban kembali hadir membawa gema takbir dan hiruk-pikuk penyembelihan hewan. Namun, tahukah kita bahwa qurban bukan hanya sebatas ibadah fisik, tetapi juga perjalanan batin, latihan akhlak, dan tahapan spiritual menuju Tuhan?
Ritual qurban yang diwariskan dari Nabi Ibrahim as. bukan sekadar sejarah, tetapi simbol abadi cinta, pengorbanan, dan penyerahan mutlak kepada Allah swt. Kita akan merenungi kembali apa makna qurban sebenarnya: menyembelih diri demi menemukan-Nya.
Qurban adalah Cinta yang Menyembelih
Bagi kaum sufi, qurban adalah kisah cinta. Cinta yang bukan hanya diucap, tapi dibuktikan dengan pisau ketundukan. Nabi Ibrahim as. bukan hanya diperintah menyembelih putranya, tetapi diminta menyembelih egonya, yaitu melepaskan makhluk yang paling dicintainya demi Sang Kekasih Agung.
> "قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا"
"Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu." (QS. Al-Shaffāt [37]: 105)
Dalam ayat ini, Allah tidak memuji penyembelihan secara lahiriah, tetapi pembenaran dan ketundukan batin Ibrahim as. Itu sebabnya, kaum sufi berkata:
“Setiap orang memiliki Ismail dalam hidupnya, dan qurban yang sejati adalah menyembelih segala yang menyaingi cinta kepada Allah.”
Imam Ali Zainal Abidin as. menyampaikan dalam doa:
> "إِلَهِي مَا عَبَدْتُكَ خَوْفًا مِنْ نَارِكَ، وَلَا طَمَعًا فِي جَنَّتِكَ، وَلَكِنْ وَجَدْتُكَ أَهْلًا لِلْعِبَادَةِ، فَعَبَدْتُكَ"
“Tuhanku, aku tidak menyembah-Mu karena takut pada neraka-Mu atau mengharap surga-Mu. Aku menyembah-Mu karena aku mendapati-Mu pantas disembah.”
Qurban adalah ibadah cinta, dan cinta sejati adalah ketika engkau berani melepaskan yang paling kau genggam demi Wajah-Nya.
Qurban merupakan Latihan Ikhlas dan Empati
Qurban adalah latihan ikhlas, empati, dan kepedulian sosial. Ia mengajarkan kita untuk memberi tanpa pamrih, berqurban tidak lagi mengharapkan apa yang ia sudah qurbankan, dan merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama.
> "لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ"
“Daging-daging unta itu dan darahnya sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian.” (QS. Al-Ḥajj [22]: 37)
Rasulullah saw. dan Ahlulbaitnya as. mengajarkan bahwa tujuan utama ibadah adalah membentuk manusia bertakwa, berakhlak, dan berperasaan. Qurban menjadi momen kita melatih diri untuk ikhlas memberi, sekaligus menyentuh luka masyarakat yang lapar dan tersisih.
Imam Ali as. berkata:
> "الْعَدْلُ يَضَعُ الْأُمُورَ مَوَاضِعَهَا"
“Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.”
Qurban menempatkan kepedulian di atas ego, pemberian di atas keserakahan, dan keikhlasan di atas pamrih. Inilah keadilan spiritual yang dibangun melalui ritual qurban.
Qurban adalah Tajrīd untuk Tajallī
Qurban adalah tahapan dalam perjalanan sulūk (spiritual). Para ‘ārif tidak melihat qurban sebagai simbol semata, tapi sebagai langkah konkret untuk menanggalkan ego dan keterikatan duniawi.
> Imam Ja‘far al-Shādiq as. berkata:
"لِكُلِّ شَيْءٍ ضَحِيَّةٌ، وَضَحِيَّةُ الْعَارِفِ نَفْسُهُ"
“Segala sesuatu memiliki sembelihan, dan sembelihan bagi ‘ārif adalah dirinya sendiri.”
Ada dua konsep penting menjadi landasan qurban:
Tajrīd: melepaskan keterikatan (harta, kehormatan, keakuan)
Tajallī: penyingkapan cahaya hakikat Allah setelah tabir-tabir tersingkap
Qurban adalah gerbang menuju tajallī. Ketika seseorang rela menyembelih Ismail egonya, maka hatinya menjadi rumah Allah, tempat Dia menampakkan wajah-Nya.
Jadikan egomu seperti Ismail yang Siap Disembelih
Qurban bukan hanya kisah Nabi Ibrahim, tapi kisah kita semua.
Setiap orang memiliki Ismail dalam hidupnya: harta, jabatan, cinta duniawi, atau nafsu.
Dan setiap dari kita ditantang: Beranikah engkau menyembelih Ismail- egomu demi Allah?
Qurban adalah simbol dari seluruh jalan spiritual
Marilah kita jadikan momen qurban ini sebagai titik balik batiniah. Jangan hanya sembelih kambing, sembelih pula dendam, kesombongan, dan kemelekatan dalam jiwa kita.
Karena yang dicari Allah bukanlah darah, Tetapi jiwa yang suci dan hati yang tunduk.
> "وَمَا تَقَدَّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ"
“Dan kebaikan apa pun yang kalian kerjakan untuk diri kalian, kalian akan mendapatkannya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 110)
Selamat menyembelih. Semoga engkau tidak hanya menyembelih kambingmu, tapi juga keakuanmu.
Masihkah engkau berharap ego, sifat buruk, cinta yang tak tulus, diri yang jauh dari Tuhannya dan cinta duniawi kembali kepadamu walaupun hanya secuil daging?
18 Mei 2025 (Tepian Danau Mawang nan Damai dan Indah)
gambar : https://rumisufi.blogspot.com/2015/
0 Komentar