Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji pemikiran Fazlur Rahman mengenai konsep Wahdatul Wujud, sebuah doktrin metafisika yang berasal dari tradisi sufi, khususnya Ibn ‘Arabi.
Sebagai seorang pemikir Muslim modern, Fazlur Rahman mencoba menafsirkan ulang doktrin ini dengan pendekatan hermeneutik dan historis, serta berupaya mengharmonisasikan spiritualitas Islam dengan rasionalitas modern.
Hasil kajian pendekatan deskripsi-analitis menunjukkan bahwa Fazlur Rahman tidak menolak Wahdatul Wujud, tetapi menekankan perlunya pembacaan yang rasional dan etis terhadap konsep tersebut agar tetap relevan dalam kehidupan modern.
Kata Kunci: Fazlur Rahman, Wahdatul Wujud, filsafat Islam, sufisme, hermeneutika.
1. Pendahuluan
Fazlur Rahman (1919–1988) merupakan salah satu tokoh pembaharu pemikiran Islam kontemporer yang dikenal karena usahanya merekonstruksi pemikiran Islam dengan pendekatan rasional, etis, dan historis. Salah satu wacana penting dalam tradisi Islam yang mendapat perhatiannya adalah konsep Wahdatul Wujud, doktrin metafisika dalam sufisme yang menyatakan bahwa realitas sejati hanyalah Tuhan, sementara makhluk adalah manifestasi dari-Nya.
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana Fazlur Rahman menafsirkan Wahdatul Wujud dan bagaimana implikasi pemikiran tersebut terhadap pemikiran keislaman kontemporer.
2. Kerangka Teoretik: Wahdatul Wujud dalam Tradisi Islam
Konsep Wahdatul Wujud dipopulerkan oleh Ibn ‘Arabi (1165–1240), seorang sufi besar asal Andalusia. Gagasan sentralnya adalah bahwa wujud (eksistensi) yang hakiki hanyalah Allah; segala sesuatu selain-Nya merupakan bayangan atau penampakan dari wujud Tuhan. Dalam pandangan Ibn ‘Arabi, dunia adalah refleksi dari sifat-sifat Tuhan, dan setiap makhluk memiliki dimensi ilahi.
3. Fazlur Rahman dan Metodologi Hermeneutikanya
Fazlur Rahman menggunakan pendekatan ganda dalam memahami teks dan sejarah Islam:
Pendekatan historis untuk memahami konteks munculnya suatu pemikiran, dan Pendekatan moral-etik untuk menilai relevansi gagasan tersebut terhadap kebutuhan zaman modern.
Menurut Rahman, banyak ide besar Islam klasik, termasuk Wahdatul Wujud, perlu diinterpretasi ulang agar tidak kehilangan makna substansialnya.
4. Tafsir Fazlur Rahman atas Wahdatul Wujud
Rahman tidak menolak gagasan Wahdatul Wujud, tetapi menegaskan bahwa konsep tersebut perlu dijelaskan dalam kerangka kesadaran etis dan tauhid yang benar.
Beberapa poin penting dari tafsirnya:
Tuhan dan dunia tidak identik, tetapi memiliki hubungan intensional. Tuhan adalah pencipta yang transenden, sementara dunia adalah arena manifestasi kehendak dan sifat-Nya.
Spiritualitas tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial. Rahman mengkritik sufi yang menekankan ekstase dan pengalaman batin tetapi mengabaikan reformasi sosial.
Kesatuan eksistensi harus dimaknai sebagai panggilan untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, bukan sebagai pembatalan realitas duniawi.
5. Implikasi Pemikiran Rahman terhadap Sufisme dan Filsafat Islam
Dengan menekankan dimensi etis dan historis, Fazlur Rahman memberi warna baru dalam memahami Wahdatul Wujud:
Ia menjembatani spiritualitas dan rasionalitas. Ia mendorong sufisme agar aktif dalam transformasi sosial, bukan hanya kontemplasi batin. Ia menekankan bahwa tauhid harus menghasilkan aksi moral yang nyata, bukan hanya pengalaman personal.
6. Kesimpulan
Fazlur Rahman menawarkan reinterpretasi terhadap Wahdatul Wujud yang tetap menghargai tradisi tetapi tidak terjebak dalam mistisisme yang ahistoris.
Bagi Rahman, kesatuan eksistensi harus melahirkan kesadaran akan tanggung jawab moral, etis, dan sosial. Gagasannya memberi arah baru bagi sufisme modern untuk menjadi lebih aktif, rasional, dan relevan dalam menjawab tantangan zaman.
Daftar Pustaka :
2. Ibn ‘Arabi. Fusus al-Hikam.
3. Chittick, William. The Sufi Path of Knowledge: Ibn 'Arabi's Metaphysics of Imagination.
4. Nasr, Seyyed Hossein. Three Muslim Sages: Avicenna, Suhrawardi, Ibn 'Arabi.
0 Komentar