Ustadz Prof.Dr. Khusnul Yaqin,M.Sc.
Surat As Syuara (26) ayat 83 merekam doa bapaknya para Nabi yaitu Nabi Ibrahim as
رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ
Ya Rabbku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.
Dalam doa ini seorang Ibrahim yang merupakan seorang Nabi dan Rasul bahkan bapaknya para Nabi dan Rasul meminta untuk digabungkan atau digolongkan dalam golongan orang-orang yang shalih.
Tentu, kita bisa menerka bahwa orang shalih yang dimaksud bukan orang sembarangan, karena yang meminta adalah seorang Ibrahim yang mempunyai kedudukan spiritual yang sangat tinggi. Lebih-lebih jika kita perhatikan dengan jeli doa Nabi Ibrahim itu. Beliau dalam meminta untuk digabungkan menjadi bagian dari golongan orang-orang shalih didahului dengan permintaan untuk diberikan al hikmah.
Artinya al hikmah itu adalah persyaratan untuk bergabung dengan orang-orang yang shalih, karena orang shalih ini sudah dianugrahi Allah SWT al hikmah. Lagi-lagi data itu menunjukkan bahwa orang-orang shalih yang dimaksud bukanlah orang yang sembarangan.
Kalau kita lihat kata al hikmah di surat Al Jumat ayat 2:
* هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ
Kita akan mendapati bahwa Rasul saw disebut sebagai Rasul yang mengajarkan Al Quran dan Hikmah. Dari sini kita bisa memahami bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin dari orang-orang shalih itu, karena beliau bukan sekadar memiliki al hikmah, tetapi justru sudah mengajarkan al hikmah. Dari Surat Al-Anbiya Ayat 105
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ
Artinya: Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwariskan/diberikan hamba-hamba-Ku yang shalih.
Ayat di atas mengindikasikan bahwa orang-orang shalih itu sebagian sudah meninggal dan sebagian masih hidup, karena orang-orang shalih itulah yang diwariskan bumi kepada mereka. Pewarisan itu tidak sekadar mewarisi, tetapi mempunyai fungsi sebagai mengatur apa yang diwarisinya.
Untuk mengetahui siapa-siapa mereka, kita bisa merujuk kepada hadist-hadist yang menyebutkan bahwa ahlul bait Nabi saw adalah yang harus diikuti disamping Al Quran dan hadist-hadist tentang kepemimpinan ahlul bait Nabi Saw.
Beberapa Nabi yang lain seperti nabi Yusuf as juga minta digabungkan dengan orang-orang shalih (Surat Yusuf ayat 101).
Hari pertama Ramadhan kita diajari oleh Rasul Saw doa untuk meminta kepada Allah SWT agar dikaruni puasanya mereka yang benar-benar puasa dan bangkitnya orang-orang yang benar-benar bangkit. Siapakah mereka? Tentunya mereka adalah ahlul bait Nabi saw.
Begitu terang-benderangnya, perlunya kita mengikuti para imam Ahlul Bayt, sebagai pelanjut risalah yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dimana mereka selalu hadir di setiap zaman, sebagai bentuk keadilan Ilahi yang senantiasa mendatangkan khalifah sucinya di muka bumi--sejak nabi Adam hingga imam Al Mahdi alMuntazar saat ini.
Bahkan di kitab Ahlu Sunnah wal Jamaah sekalipun disebutkan bahwa kedudukan dan peranan Ahlul Bait as. sepeninggal Rasulullah saw. adalah pengawal umat Islam dari kehancuran dan perpecahan, dan penjaga ajaran Islam dari penyimpangan dan bid’ah.
Misalnya, Hadis Nabi saw. yang berbunyi, “ Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang selama kalian berpegangan dengan keduanya, maka kalian tidak akan tersesat; Kitabullah dan ‘itrahku, Ahlul Baitku. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga(ku) nanti “ (HR. al Nasa’i dan al Hakim).
Pada hadis yang lain juga disebutkan Perumpamaan Ahlul Baitku di tengah kalian seperti bahtera Nabi Nuh; orang yang menaikinya selamat, dan orang yang meninggalkannya tenggelam dan celaka “ (HR. al Hakim ).
gambar :https://syiahindonesia.id/
0 Komentar