Subscribe Us

ksk logo.jpg

Kritik Syaikhona Kholil Al Bangkalani

 

Kritik Syaikhona Kholil Al Bangkalani

 Ustadz Prof.Dr.Khusnul Yaqin, M.Sc


 𝙄𝙢𝙖𝙢 𝘼𝙡𝙞 𝙗𝙞𝙣 𝘼𝙗𝙪 𝙏𝙝𝙖𝙡𝙞𝙗 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙗𝙙𝙖: 𝙆𝙞𝙧𝙞𝙩𝙠𝙡𝙖𝙝 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙡, 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜a𝙣 𝙠𝙧𝙞𝙩𝙞𝙠 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙤𝙙𝙤𝙝, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪 akan 𝙙𝙞𝙗𝙚𝙣𝙘𝙞.

Syaikhona Kholil sangat masyhur sebagai  kyai yang karomah atau dalam bahasa awam memunyai banyak kesaktian. Beliau adalah anak KH Abdul Latif. Jika diruntut ke atas beliau adalah keturunan Sunan Kudus, sayyid Jakfar Shodiq. Antara Sunan Kudus dan KH Abdul Latif diisi oleh ulama yang top di zamannya, seperti sayyid Ahmad Baidhawi atau yang dikenal dengan nama Pangeran Ketandar Bangkal.

Tentunya dari silsilah beliau, kekaromahan Syaikhona Kholil tidak muncul dari ruang hampa.

Kekaramohan beliau kemungkinan besar adalah hasil tirakat dari para leluhurnya yang juga seorang ulama.

Kholil kecil pernah mondok atau belajar di Pesantren yang terletak di Bunga, Gresik.

Suatu ketika santri Kholil yang masih muda belia, shalat jamaah dhuhur di belakang Imamnya yang adalah kyai pimpinan pondok pesantren.

Tiba-tiba Kholil kecil tertawa terbahak-bahak. Maka gemparlah jamaah dhuhur pada waktu itu. Tak ayal lagi, setelah salam, Kholil kecil diringkus yang hampir saja dihakimi untuk tidak menyebut dipukuli oleh santri senior karena  dianggap bikin keributan dan tidak sopan terhadap jamaah dan terutama pak kyai, sang imam shalat.

Akan tetapi pak kyai sang imam shalat adalah orang yang bijaksana. "Sudah jangan ribut bawa kemari santri yang ngakak tadi", begitu perintah pak Imam shalat.

Setelah Kholil kecil menghadap pak kyai, pak kyai membubarkan jamaah shalat dhuhur. Lalu pak kyai dengan sopan bertanya kepada Kholil kecil, "Ada apa dan kenapa kamu tadi saat shalat tertawa terpingkal-pingkal?"

"Mohon maaf sebelumnya pak kyai, bukan saya bermaksud tidak sopan, tapi saat shalat tadi saya lihat pak kyai sedang mengusung sebakul nasi di atas kepala pak kyai", jawab Kholil kecil.

Pak kyai terperanjat, tetapi iya sembunyikan raut keterperanjatannya itu. Lalu pak kyai menimpali, " iya betul tadi saat memimpin shalat dhuhur perut saya lapar".

Cerita di atas menunjukkan kepada kita pertama, kekaromahan Syaikhona Kholil yang sedari kecil mewujud di dalam dirinya. Karomah seperti itu tentunya adalah hasil tirakat dan wirid para leluhur Syaikhona Kholil. Kedua, cerita itu menunjukan kearifan seorang kyai pimpinan pondok pesantren yang dengan legowo menerima kritik dari santrinya meskipun masih berumur sangat belia.

Jika kita evaluasi karakter pak kyai itu dengan sabda Imam Ali yang saya kutip di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pak kyai adalah orang yang berakal atau orang cerdas, karena mencintai orang yang mengkritisinya.

Selayaknya para guru diberbagai lembaga pendidikan mencontoh dan menerapkan karakter pak kyai pimpinan pondok pesantren Bunga, Gresik, agar potensi-potensi santri, siswa atau mahasiswa yang semisal Syaikhona Kholil dapat berkembang dengan lebih leluasa. 

gambar: https://tebuireng.online

Posting Komentar

0 Komentar