Subscribe Us

ksk logo.jpg

Serial Maulid Rasulullah Muhammad Saw. (2)


MUHAMMAD SAW. DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SAW:

 TENTANG PENAMAAN DIRINYA

 

Oleh : Dr. AHMAD MUJAHID

Salah satu pembahasan yang penting terkait pengenalan terhadap Muhammad Saw. atau makrifatur rasul adalah tentang penamaan beliau dengan berbagai nama. Di antara nama yang paling terkenal adalah nama Muhammad, Ahmad, Abu Qasim. Terkait dengan ketiga nama ini seorang Yahudi pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang sebab-sebab penamaan tersebut.

Rasulullah Saw. kemudian menjelaskan. Beliau berkata: “Aku dinamai Muhammad karena aku adalah orang yang paling terpuji di bumi. Adapun aku dinamai Ahmad, karena aku orang yang paling terpuji di langit. Sedangkan aku dinamai Abu Qasim karena Allah pada hari kiamat akan membagi manusia dalam dua kelompok besar. 

Pertama, kelompok yang menjadi penghuni neraka. Kedua, kelompok yang menjadi penghuni surga. Siapa yang ingkar kepadaku, baik dari orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang terakhir maka baginya neraka. Adapun orang-orang yang beriman kepadaku dan berikrar akan kenabianku, maka baginya surga…. "

Bertolak dari keterangan hadis di atas, dapat dipahami bahwa Muhammad Saw., manusia yang dianugerahi derajat keterpujian yang agung dibanding seluruh manusia dan makhluk lainnya, baik di bumi maupun di langit. Keterpujian Muhammad Saw. tidak ada yang menandinginya baik dari kalangan malaikat maupun dari kalangan para nabi dan rasul Allah lainnya. 

Bahkan dapat dipahami dan dikatakan bahwa keterpujian yang diperoleh seseorang selain Muhammad Saw. termasuk para nabi dan rasul Allah yang lain. Itu disebabkan karena keterpujian Muhammad Saw. Buktinya, siapa pun di antara manusia, apabila ingin dianugerahi keterpujiaan surgawi dan keterbebasan dari kesensaraan neraka, maka ia mesti beriman pada kerasulan Muhamamad Saw. dan mengikrarkan kenabiannya. 

Para nabi dan rasul Allah telah diambil ikrarnya oleh Allah terkait dengan kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. seperti ditegaskan dalam QS. Ali Imran/ 3: 81. Dalam ayat ini Allah mengambil perjanjian para nabi sebelum Muhammad Saw. 

Allah berkata kepada mereka, "Aku telah memberikan kepada kalian wahai para nabi al-kitab dan hikmah. Kemudian seorang rasul datang kepada kalian, membenarkan apa yang ada pada kalian dari kitab dan hikmah itu, niscaya kalian mesti sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Lalu Allah bertanya kepada para nabi sebelum Muhammad, yakni “apakah kalian menerima perjanjian yang demikian itu dengan-Ku? Para nabi menjawab; ‘kami setuju.’ 

Allah kemudian memerintahkan mereka bersaksi atas kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. Bahkan Allah menegaskan bahwa Dirinya pun bersaksi atas kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. bersama para nabi dan rasul sebelum Muhammad Saw. Dari sini, penulis ingin tegaskan, bahwa persaksian Allah bersama para nabi dan Rasul Allah serta ikrar keimanan mereka kepada kenabian dan kerasulan Muhammad Saw. telah cukup menjadi bukti ketinggian dan keterpujian derajat Muhammad Saw. di sisi Allah. 

Kita kembali kepada nama-nama Muhammad Saw. Dari tiga nama yang dipertanyakan oleh orang Yahudi, hanya nama Muhammad dan Ahmad yang disebutkan secara tegas dalam al-Quran. Yakni nama Muhammad disebutkan 4 kali dan nama Ahmad disebutkan sekali. Hal yang menarik dikemukakan terkait dengan kedua nama tersebut adalah, keduanya telah disebutkan dalam berbagai kitab suci agama, seperti Kitab Taurat dan Injil. 

Bahkan dalam kitab suci agama-agama lainnya, seperti Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu, Budha, dan Kitab Perjanjian Lama dan Baru juga telah disebutkan (Baca buku: “Muhammad in Word Scriptures The Parsi, Hindu and Buddhist Scriptures,” karya Abdul Haq Vidyarthi dan buku “Muhammad in Word Scriptures The Bible,” karya Abdul Ahad Dawud). Dengan demikian, kedua nama tersebut telah dikabarkan sebelum pemilik nama tersebut dilahirkan.

Ayat al-Quran yang mengabarkan penyebutan nama Muhammad sebelum beliau dilahirkan dapat dipahami dalam QS. al-A’raf/ 7: 157 dan QS. ash-Shad/ 61: 6. Pada ayat pertama ditegaskan bahwa informasi tentang rasul dan nabi yang ummiy telah dikabarkan dalam kitab Taurat dan Injil. Sedangkan pada ayat kedua, Nabi Isa as. sendiri secara langsung mengabarkan kepada umatnya, Bani Israil, telah kedatangan seorang Rasul Allah setelahnya yang bernama Ahmad. Berita kerasulan Muhammad dinyatakan oleh Isa as, sebagai berita gembira. 

Menurut penulis, cukuplah kedua ayat di atas dapat menjadi dalil pembenaran terhadap beberapa riwayat yang menyatakan bahwa Aminah, ibunda Muhammad, ketika mengandung Muhammad, beliau sering mendengar suara-suara ghaib, yang memerintahkan agar anak yang dikandungnya diberi nama Muhammad. 

Di antara riwayat tersebut, bahwa menjelang Aminah melahirkan, beliau kembali mendengar suara, yang berpesan bahwa; “tidak beberapa lama, engkau akan melahirkan pemimpin umat ini…. Apabila ia telah lahir, maka berdoalah kepada Tuhan yang Maha Esa, memohon perlindungan dari-Nya untuk anak yang engkau lahirkan dari semua yang iri hati kepadanya. Dan namailah ia Muhammad.  

Dalam sejarah juga dikemukakan, ketika Muhammad kecil diaqiqah pada hari ketujuh kelahirannya, kakeknya Abdul Muththalib menamainya dengan nama Muhammad. Abdul Muththalib ditanya; mengapa engkau namai dengan nama Muhammad, nama yang berbeda dengan nama-nama leluhurnya? Sang kakek menjawab; harapan saya dari nama tersebut adalah agar ia menjadi orang yang terpuji di bumi dan di langit. 

Tampaknya harapan Abdul Muththalib telah menjadi kenyataan bahwa Muhammad memang manusia yang paling terpuji baik di bumi maupun di langit, seperti pengakuan Muhammad Saw. sendiri yang ia kemukakan kepada seorang Yahudi yang bertanya kepadanya tentang penamaan dirinya dengan nama  Muhammad, Ahmad dan Abu Qasim. 

Keterpujian Muhammad Saw. dari sisi penamaannya, juga dapat dipahami dari sudut kebahasaan. Yakni nama Ahmad dan Muhammad seakar kata dengan nama Allah “al-Hamiid.” Yakni berakar pada huruf “ha, mim dan dal.” Makna asal atau pokok dari kata akar kata ini adalah lawan dari tercela. 

Dari Makna pokok ini, maka dapat dipahami bahwa Allah menamai diri-Nya sebagai al-Hamiid karena Allah terbebas dari segala bentuk ketercelaan dan cacat. Semua dari Allah adalah sesuatu yang baik, benar dan indah serta suci. Oleh karena itu Allah adalah Pemilik segala keterpujian. Demikian pula penamaan Muhammad dengan Muhammad dan Ahmad yang berakar pada ketiga huruf tersebut, juga mengisyaratkan makna bahwa Muhammad adalah manusia terpuji dan terbebas dari hal-hal yang tercela. Apa pun yang berasal dari Muhammad Saw. adalah kebajikan. 

Bukankah beliau memang diutus sebagai rahmat atau kebajikan bagi seluruh alam makhluk khususnya manusia (QS. al-Anbiya’/ 21: 107). Selain itu, Allah telah mengakui dan membenarkan bahwa Muhammad adalah pemilik akhlak yang agung (QS. al-Qamar/ 68: 4). Oleh karena itu, Allah telah menempatkan Muhammad pada tempat yang terpuji (maqam mahmuud) di sisi Allah (QS. al-Isra/ 17: 79). 

Menurut hemat penulis penamaan Muhammad dengan nama Ahmad dan nama Muhammad yang seakar dengan nama Allah, al-Hamiid, sesungguhnya mengisyaratkan makna bahwa Muhammad Saw. dianugerahi keterpujian yang tinggi di sisi Allah, karena beliau telah menyifati sifat-sifat keterpujian Allah sebagai makhluk. Beliau berakhlak dengan akhlak Allah. Di antara contoh akhlak Rasulullah yang merupakan akhlak Allah adalah sifat dan akhlak rauf dan rahim, seperti dapat dipahami dari kandungan QS. Taubah/ 9: 128)  

Al-Ashfahaniy menjelaskan bahwa seseorang dinamai Muhammad ketika ia memiliki banyak perilaku yang terpuji. Juga berkonotasi makna orang yang terpuji. Adapun nama Ahmad yang disampaikan oleh Nabi Isa as. kepada Bani Israil, seperti disebutkan dalam ayat 6 surah ke 61, mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad Saw. meliputi nama dan perbuatannya. Yakni Rasulullah Saw. dinamai dengan nama Ahmad yang berkonotasi makna terpuji, karena akhlak dan perbuatannya terpuji. 

Penyebutan nama Ahmad oleh Nabi Isa as. sebagai bentuk berita gembira bagi kaum Bani Israil dan tentunya bagi Nabi Isa sendiri, sesungguhnya mengisyaratkan makna bahwa Nabi Muhammad Saw. merupakan orang yang terpuji bagi Nabi Isa as. dan orang-orang sebelumnya. Demikian keterangan al-Ashfahaniy.

Sebagai closing statemen tulisan ini, penulis ingin tegaskan bahwa kalau ingin meraih keterpujian di sisi Allah maka tidak ada jalan lain, kecuali hanya dengan mencontohi dan mengikuti serta meneladani Muhammad Saw. sebagai manusia yang paling terpuji di sisi Allah. Sungguh tidak ada satu pun manusia yang melebihi keagungan akhlak dan perbuatannya serta keterpujiannya. 

Saya kira sebagai umat Muhammad Saw. kita tidak punya alasan sedikit pun yang dapat dibenarkan untuk tidak meneladani Muhammad Saw. Jika demikian halnya, mengapa kita tidak menjadi Muhammad-Muhammad, Ahmad-Ahmad atau Muhammad-Ahmad dan Ahmad-Muhammad? Mengapa kita tidak memakrifati Muhammad Saw. dengan makrifat yang sebenar-benarnya makrifat? Kita lebih mengilmui dan mengenal secara intens dan mendalam selain Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul Allah. Wa Allah A’lam. Semoga manfaat dan mencerahkan.

gambar :https://www.nurmuhammad.com/say-to-all-creation-if-you-love-allah-follow-muhummad-s-tafsir-331/



Posting Komentar

0 Komentar