Ungkapan cinta kepada Rasulullah dan wali-wali Allah tidak membutuhkan dalil. Justru ekspresi kecintaan tersebut terealisasi dalam tradisi masyarakat, terutama di bulan rabiul awal, bulan kelahiran nabi. Perayaan maulid merupakan salah satu syiar islam yang mengakomodasi kegembiraan dan ikhtiar mengejar berkah sang Nabi.
Pada hari kamis sore, tanggal 20 Oktober 2021, Tim Sungai Kenabian.com kembali mendapat undangan maulid dari Yayasan Ashodiq, salah satu kelompok pecinta Nabi yang bergerak dalam bidang terapi doa dan dzikir.
Sebelum mahallul qiyam sebagai sebuah tradisi penyambutan dengan syair puji-pujian dikumandangkan, terlebih dahulu diawali dengan ceramah hikmah. Pada kesempatan tersebut al uztad Muhammad Adlani, PhD, tampil membawakan kajian singkat tentang keutamaan Nabi.
Menurut beliau, Berdasarkan urutan penciptaan yang pertama kali Allah diciptakan adalah Nur Muhammad. Dari sumber itulah kemudian semua makhluk tercipta. Melalui nur Muhammad, segala bentuk makhluk Allah, segala manifestasi jelmaan nama Tuhan akan bermunculan. Mulai dari alam paling tinggi sampai alam paling rendah. Tidak ada sesuatu yang lain semuanya dari Tuhan. Bahkan iblis sebagai makhluk terlaknat adalah manifestasi nama Tuhan al Mudhil (Yang Maha Menyesatkan).
Dalam hal ini iblis membawa citra tertentu. Dengan melihat iblis bisa mengantarkan kepada “melihat” Tuhan. Para sufi mengandaikan iblis sebagai anjing pelacak. Binatang tersebut akan menggonggong jika ada orang yang punya niat yang buruk. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga niat supaya terhindar dari gonggongan iblis. Jika iblis masih menyesatkan kita, berarti masih ada potensi dalam diri yang membuat iblis mempengaruhi kita.
Iblis memiliki kemampuan melihat batin manusia yang bisa disesatkan dan yang mana yang tidak. Para Nabi dan wali-wali Allah, juga mempunyai kemampuan seperti itu bahkan derajatnya jauh lebih tinggi lagi.
Beliau mencontohkan akhlak Imam Ali yang tidak membunuh orang-orang tertentu di perang Nahrawan. Meskipun dalam perang membunuh musuh adalah suatu hal yang diharapkan. Akan tetapi karena penglihatan Imam jauh kedepan, beliau tidak melakukannya. Dalam visinya beliau mengetahui bahwa generasi berikutnya dari orang-orang ini akan muncul pecinta Nabi dan keluarganya.
Berkaitan dengan iblis sebagai salah satu manifestasi nama Allah al Mudhil, muncul pertanyaan kontroversial. Banyak orang yang mempersoalkan apakah iblis masuk surga atau neraka? Menurut Uztad Adlani, itu tidak perlu untuk diperdebatkan. Paling penting diperhatikan adalah apa kewajiban kita. Menurutnya, Allah tidak tanya kenapa iblis masuk surga. Hal itu bukan kewenangan kita. Iblis hanya sekali saja bermaksiat, ketika ia tidak mau bersujud kepada Nabi Adam. Iblis hanya sebatas menggoda, bukan pelaku kejahatan. Iblis tidak minum minuman keras, tidak berjudi dan lain-lain.
Iblis bertekad menyesatkan semua manusia. Tugas tersebut merupakan sebuah konsekuensi dari manifestasi Al Mudhil. Disisi lain, Allah dengan keadilannya juga mengirim Al Hadi yakni para Nabi dan wali-wali-Nya untuk memberi petunjuk kepada manusia.
Para nabi yang diutus sebelum nabi kita, terkadang diutus untuk satu kaum tertentu. Sementara Rasulullah karena paling terakhir dan paling sempurna maka cakupan kenabiannya meliputi segala yang ada di alam ini. Baik itu alam akal, alam barzakh, maupun alam materi.
Hal tersebut antara lain termaktub dalam al Qur’an surah al A’raf :158 bahwa, “Katakanlah wahai manusia, aku ini utusan Allah untukmu seluruhnya. Demikian pula pada surah Saba : 28, bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad untuk kaffatan (seluruh manusia). Di surah Al Anbiya : 107 menjelaskan cakupan yang lebih luas lagi yakni rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Misi besar tersebut diemban oleh Rasulullah karena beliau memiliki fakultas malaikat paling sempurna. Selanjutnya diteruskan oleh wali-wali Allah para Imam dari keturunannya yang mewarisi wahyu secara totalitas dari nabi.
Keagungan dan kesempurnaan Rasulullah diwujudkan dengan sholawat dari Allah sehingga terwujud keberadaan penciptaan secara terus menerus. Sementara sholawat para malaikat bermakna penyucian. Sedangkan sholawat kita sebagai bentuk istigfar.
Salah satu riwayat menggambarkan bagaimana manusia masih sangat menyesal meskipun sudah masuk ke dalam surga. Kondisi tersebut terjadi karena sewaktu di dunia amalan sholawatnya sangat kurang.
Jika Allah memberi wujud terus menerus maka akan semakin luas wujud kita. Amal sholeh juga dapat meluaskan wujud kita. Sementara amal sholeh paling tinggi adalah sholawat.
Dalam rangka itulah, Uztad Adlani mengingatkan untuk selalu memperbanyak sholawat. Lebih afdhal lagi jika sholawat tersebut dihadiahkan kepada kaum muslimin muslimat dan mukminin mukminat baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Maka di situ terdapat dua amalan yakni bersholawat sekaligus bersedekah.
Banyak orang yang tidak jelas di alam Barzakh. Mereka tidak memiliki keluarga yang bisa mengirimkan hadiah untuk meringankan beban barzakhinya. Jika kita mengirimkan amalan, mereka akan mengetahui dari mana hadiah tersebut berasal. Mereka kemudian akan membalas hadiah tersebut dengan kembali mendoakan kita.
Menutup ceramahnya, Uztad Adlani mengambil berkah dengan mengutip hadist tentang lima golongan orang yang paling dekat dengan Rasulullah di hari kiamat. Pertama adalah orang yang lisannya paling jujur. Meskipun demikian masih ada 3 kondisi tertentu dimana seseorang justru harus berbohong yaitu untuk menyelamatkan nyawa manusia. Selanjutnya pada kondisi ketika seorang suami berkata jujur, bisa menyebabkan rumah tangganya retak. Berbohong juga diharuskan demi untuk menjaga kehormatan orang lain.
Orang yang paling dekat dengan Rasulullah berikutnya adalah orang yang paling mampu untuk menjaga amanat. Menurut beliau, orang berakal cenderung untuk menjauhi amanat. Hal tersebut diakibatkan karena konsekuensi menjaga amanat tersebut sangat berat. Karena itulah para pemimpin merupakan orang yang paling terakhir dihizab.
Golongan selanjutnya yang paling dekat dengan Rasulullah di hari kiamat adalah orang yang paling setia dengan janji.
Golongan keempat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Salah satu contoh ketinggian akhlak Rasulullah adalah beliau yang paling pertama kali memberi salam. Pernah ada sahabat yang mencoba bersembunyi dibalik pohon supaya bisa mendahului Rasulullah memberi salam. Tapi ternyata Rasulullah mengetahuinya.
Kebaikan akhlak Rasulullah yang lain adalah beliau suka tersenyum. Menurut Al Uztad, meskipun memiliki banyak hutang tetaplah tersenyum. Muka cemberut justru akan menambah beban bagi jiwa. Senyum akan melempar beban yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, tersenyum di samping bisa mengurangi beban, juga dapat membuat orang lain merasa bahagia.
Golongan kelima paling dekat dengan Rasulullah kelak adalah orang yang paling dekat dengan manusia. Orang yang paling merakyat dan hidup dengan standar yang biasa sehingga orang miskin merasa tidak segan. Kondisi tersebut akan membuat semua manusia akan ridho dengannya.
0 Komentar