Proses perpindahan alam pada saat sakaratul maut adalah sesuatu yang sangat dahsyat. Demikianlah antara lain yang digambarkan Gurunda Uztad Ridwan dalam salah satu ceramahnya pada peringatan empat puluh hari orang tua salah seorang jamaah. Menurutnya, pada saat maut hendak menjemput, boleh jadi seseorang akan mengalami perubahan ('udul) dari Haq ke batil yang diupayakan oleh setan. Pada saat itu, setan berupaya mengaburkan dan membuat was-was dalam dada manusia, sehingga muncul keraguan atas apa yang dianutnya. Apabila kita tidak memiliki keimanan yang tangguh (kuat), maka tidak mustahil setan akan berhasil mencabut keimanan kita.
Salah satu amalan yang beliau ajarkan untuk mengantisipasi hal
tersebut adalah doa adilah. Selain itu beliau merekomendasikan untuk membaca
buku Manazil Akherah karya Syaikh Abbas Qummi, karena didalamnya terdapat
beberapa amalan yang bisa menjadi bekal yang semoga dapat meringankan
perjalanan kelak.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah memperdalam kembali kajian
Ushuluddin. Meskipun dikesempatan yang lain, Beliau pernah menyatakan bahwa seharusnya
bagi kita yang sudah lama berwilayah untuk beralih ke tema yang lain. Jangan terjebak
di kajian Ushuluddin terus. Tapi dalam konteks yang penting ini mengulang-ulangi
pelajaran adalah sesuatu yang harus menjadi prioritas.
Senada dengan hal itu, Sayyid Hasan Musawa dalam buku Fiqh Praktis
edisi Pengantar Menuju Alam Barzakh, juga sangat menekankan hal tersebut. Menurutnya,
seorang muslim yang menginginkan selamat
menghadapi masa sakaratul maut, maka terlebih dahulu pada saat kehidupannya
harus mengukuhkan keimanannya dengan bukti-bukti dan dalil serta dasar-dasar
pokok yang lima yakni tauhid, keadilan, nubuwah, Imamah dan ma'ad dengan Burhan
qath'i secara ikhlas.
Setelah memperkokoh hal tersebut, maka barulah layak bagi seseorang
untuk menitipkan keyakinannya itu kepada Allah. Sebagaimana ikrar yang tercantum
dalam doa 'adilah yang singkat : “Ya Allah, aku mohon perlindungan-Mu dari mengalami
'adilah ketika maut hendak menjemputku. Allahumma, wahai yang Maha Pengasih dari
semua yang mengasihi, sesungguhnya aku telah menitipkan keyakinanku ini dan ketetapan
agama kepada-Mu, sedang Engkau sebaik-baik tempat untuk dititipi. Dan Engkau telah
memerintahkan kami untuk menjaga titipan, maka kembalikanlah titipan itu kepadaku
di saat kehadiran mautku.”
Dalam rangka itulah, Uztad Ridwan menekankan untuk mengkaji
kembali kitab Ayatullah Misbah Yazdi yakni Iman Semesta, Merancang Piramida
Keyakinan. Biasanya para teolog menulis dalam hal aqidah dengan bahasa yang
rumit, ungkapan-ungkapan yang berat dan
sarat dengan bahasa ilmiah. Berbeda dengan kitab ini, mampu menguraikan
masalah pokok-pokok agama dengan bahasa yang sederhana disertai dengan metode
sistematis.
Kitab Iman Semesta ini, merupakan rujukan pelajaran aqidah
dengan Bentuk argumentasi yang kokoh dan jelas. Disamping itu, penulis juga
berusaha menghindari koleksi dalil yang mungkin sebagiannya itu lemah.
Mempelajari kembali kitab ini sesungguhnya merupakan sebuah
upaya untuk mengokohkan prinsip-prinsip keyakinan yang merupakan asas-bagi setiap
ideologi. Sadar atau tidak, keyakinan tersebut akan membentuk sikap dan tingkah
laku seseorang.
Berangkat dari kesadaran inilah, seperti yang ditegaskan
oleh penulisnya Ayatollah Misbah dalam kata pengantarnya, bahwa sudah
sepatutnya kita menanamkan kembali benih-benih keyakinan dan aqidah di dalam
diri kita masing-masing. Bangunan argumentasi didalamnya sudah sangat memadai
sebagai akar yang kuat bagi sebuah pohon keyakinan. Hal itu akan memberikan
hasil yang memuaskan dan menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Terutama
sekali bisa menjadi bekal dalam menghadapi fitnah perpindahan alam yang sangat
dahsyat sebagaimana yang diuraikan tadi.
Semoga diwaktu yang akan datang, kita diberi hidayah dan
kekuatan, sehingga bisa secara bergantian mengulas kembali buku tersebut secara
sistematis bab per bab. Agenda ini sangatlah penting dan mendesak demi untuk
memperkokoh keyakinan kita sekaligus memperbanyak bekal untuk menghadapi hari
ketakutan dan kemalangan. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
0 Komentar