Poin terpenting dalam pandangan dunia, pengenalan manusia,
ideologi, dan filsafat adalah mengenal sumber eksistensi dan keberadaan Tuhan
sebagai Sang Pencipta segala realitas. Perkara ini yang melandasi pilar-pilar
keyakinan dan bangunan-bangunan pemikiran manusia dan berperan sangat
signifikan dan substansial dalam pembentukan jati diri manusia dan
kesempurnaannya. Hal ini pula merupakan garis demarkasi antara pandangan dunia
Ilahi dan pandangan dunia Materialisme.
Membahas dan mengkaji sumber eksistensi, keberadaan Tuhan,
dan perkara-perkara eksistensial lainnya dengan menggunakan instrumen akal dan
argumentasi rasional adalah sangat urgen, karena diterima dan dapat dipahami
oleh semua manusia. Seluruh manusia memanfaatkan akal dan berargumentasi
dengannya dalam semua dimensi kehidupannya. Tidak seorang pun menolak
keberadaan akal dan fungsi-fungsinya, karena ia bagian yang tak terpisahkan
dari hakikat manusia dan kehidupannya. Mungkin sebagian kecil manusia membatasi
kedudukan akal, tetapi tidak menafikan eksistensinya secara mutlak.
Dalam sejarah ilmu dan pemikiran manusia, terdapat dua
model pengetahuan yang dikenal secara umum, pengetahuan hudhuri (syuhudi) dan
pengetahuan hushuli (rasional-filosofis). Pengetahuan hudhuri adalah kehadiran
sesuatu itu sendiri dalam jiwa manusia. Jenis pengetahuan ini tidak mengalami
kesalahan dan kekeliruan karena tidak ada jarak dan tabir antara subyek yang
mengetahui dan obyek yang diketahui.
Pengetahuan hushuli adalah kehadiran gambaran dan konsep
universal sesuatu di alam pikiran manusia yang diperoleh melalui akal dan
argumentasi-argumentasi rasional-filosofis. Jenis pengetahuan ini dapat
mengalami kesalahan dan kekeliruan karena ada jarak dan tabir antara subyek
yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Jarak dan tabir itu tidak lain adalah
gambaran dan konsep itu sendiri.
Dalam pengkajian dan analisa atas sumber eksistensi dan
keberadaan Tuhan, di sini akan menggunakan pendekatan akal dan argumentasi
rasional-filosofis serta dalil-dalil tekstual lainnya demi menguatkan apa-apa
yang dicapai oleh akal. Karenanya, jenis pengetahuan yang dihasilkan
bersifat hushuli. Namun perlu ditekankan bahwa dasar dan pondasi observasi akal
dan argumentasi rasional di sini adalah pengetahuan hudhuri yakni pengetahuan
terhadap eksistensi dan keberadaan diri sendiri, karena itu dalil-dalil
rasionalitasnya berpijak pada suatu pengetahuan yang benar dan pasti.
Pandangan
Dunia
Pandangan dunia manusia terbagi empat:
1.
Pandangan dunia
empiris
Suatu pandangan yang hanya berpijak pada data inderawi,
fisikal, dan empiris;
2.
Pandangan dunia
filsafat
Suatu pandangan yang bersandar pada analisis rasional dan
penalaran akal.
3.
Pandangan dunia agama
Suatu pandangan yang diperoleh melalui kepercayaan kepada para pemimpin agama,
ucapan-ucapan mereka, dan teks-teks suci agama.
4.
Pandangan dunia irfan
(tasawuf)
Suatu pandangan yang dicapai melalui koridor penyingkapan
dan penyaksian batin.
Wilayah pengetahuan empirik hanya terbatas pada
fenomena-fenomena alam materi, maka dari itu tidak mungkin dapat mengetahui
secara menyeluruh realitas-realitas alam semesta dan menyelesaikan berbagai
masalah yang bersangkutan dengannya. Persoalan-persoalan fundamental alam
semesta di luar jangkauan ilmu-ilmu empiris, karena itu ilmu empiris tidak
dapat menolaknya atau menegaskannya. Kita tidak dapat membuktikan keberadaan
Tuhan melalui observasi laboratorium. Masalahnya, indra lahiriah tidak dapat
menilai dengan pasti ada-tiadanya realitas di luar alam materi.
Pada sisi lain, berbagai perkara-perkara batin pada
pengetahuan hudhuri dan syuhudi yang apabila ingin dijabarkan secara
konseptual, mesti memerlukan kemampuan akal dan nalar tertentu yang hanya dapat
dilakukan dengan dasar-dasar analisis rasional dan filsafat. Lagi pula, sering
terjadi kekeliruan dalam penyaksian batin sehingga salah menentukan hakikat
sesuatu.
Seseorang tidak mungkin mencapai berbagai hakikat batin
kecuali setelah melakukan sair-suluk irfani dan menapaki jalan-jalan spiritual
bertahun-tahun lamanya. Sementara persoalan tentang Sang Pencipta dan
keberadaan alam semesta adalah hal yang urgen dan harus segera dipahami demi
menetapkan langkah awal dalam proses keberimanan seseorang. Dari satu sisi,
sair suluk irfani adalah sesuatu yang bersifat praktis, bukan teoritis, yakni
seseorang sebelum memasuki sair suluk, pertama-tama ia harus meyakini secara
teoritis tujuan puncak sair suluk-nya, yakni memahami eksistensi Tuhan dan
pengetahuan umum tentang wujud. Pembuktian teoritis tentang eksistensi Tuhan
dapat dilakukan dengan akal dan dalil-dalil rasional-filosofis.
Kesimpulannya, satu-satunya cara terbaik dan meyakinkan
bagi seorang pemula yang ingin mencari solusi awal atas masalah-masalah
substansial seputar perkara-perkara eksistensial, sumber keberadaan, dan
eksistensi Sang Pencipta adalah melalui koridor logika, akal, dan argumentasi
rasional-filosofis. Setelah itu, ia dapat mengambil dan mengadobsi
pandangan-pandangan dunia lainnya demi menguatkan, melengkapi, menyempurnakan,
dan meluaskan pandangan dunia filsafatnya, karena pandangan-pandangan dunia
yang lain memiliki unsur-unsur kebenaran pula.
Bersambung...
Gambar : https://www.bacaanmadani.com
*Tulisan ini disajikan pada Kajian Ushuluddin edisi perdana, Desember 2019 di Komunitas Sungai Kenabian)
0 Komentar