Oleh : Shinta R. Siola
Dunia kedokteran modern sudah semakin maju dan canggih. Hampir seluruh
jenis penyakit, telah ditemukan obat atau senyawa kimiawinya. Tapi
meski begitu, dunia kesehatan tradisonal pun tak kalah diminati. Ketika
orang-orang sadar akan dampak kimiawi dari obat-obat modern yang membahayakan tubuh, maka terjadilah
peralihan kesadaran menggunakan obat-obatan herbal.
Pengobatan tradisional dan cara hidup sehat banyak diajarkan oleh
aliran-aliran kuno, seperti Astangga Ayurweda (delapan sistem pengobatan holistik
dasar) dalam Hindu, Irfan Yahudi atau Ordo Spiritual Kabbala yang mengajarkan
pengobatan metaspiritual, cara hidup sehat para guru Budha, gaya hidup sehat
menurut alkitab, dan Tebbe sunnati ala Nabi Islam saw dan Aimmah Athar as.
Sistem pengobatan dasar dari aliran-aliran ini, ada yang fokus pada syaraf,
darah, pernafasan,
dan gaya hidup (life style). Dalam sistem pengobatan
yang berfokus pada darah, tentu tidak terpisah dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Sederhananya,
jenis makanan menentukan kualitas darah, yang kemudian menentukan kesehatan dan
produktivitas anggota tubuh.
Dalam dunia pengobatan Iran kuno, dikenal empat cairan yang mempengaruhi
tubuh, dua diantaranya panas, dan dua dingin. Keempat cairan tubuh tersebut
adalah: 1) Darah, 2) Empedu kuning, 3) Empedu hitam, dan 4) Cairan lendir.
Adapun sifat dari darah adalah berwarna merah, tidak kental dan tidak cair,
cenderung panas dan basah. Empedu kuning, bersifat panas dan kering. Empedu hitam
bersifat dingin dan kering. Cairan lendir, bersifat dingin dan basah. Empat cairan tubuh ini
sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, dan dipercaya
memberi pengaruh pada empat bagian tubuh lainnya, yaitu 1) anggota tubuh yang ada
di kepala, termasuk otot dan syaraf keseimbangan, 2) badan, termasuk tangan, kaki, dada, perut, alat
reproduksi, 3) nafs (baca: emosi atau kecerdasan emosi), dan 4) ruh (baca: kadar usia).
Penyakit yang gejala lahiriahnya tampak pada empat bagian tubuh ini,
pemicunya tak lain adalah kadar cairan yang dianggap rendah atau melebihi batas
normalnya. Empat cairan tubuh ini juga dijadikan acuan diagnosis para pakar
medis kuno akan jenis penyakit, sekaligus pengobatannya. Disimpulkan oleh para pakar, bahwa asal muasal penyakit sedikit banyak
ditentukan oleh jenis makanan, pengendalian diri atas jenis makanan, serta pola makan.
Setelah melewati proses olah di dalam lambung, sari makanan akan melewati
usus, dan dikirim oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Jika jenis makanan yang
dikonsumsi dan berlebihan
itu bersifat panas, maka akan
memberikan efek membakar pada darah dan empedu kuning. Hingga, jika kadarnya
berlebihan, maka mempengaruhi kinerja: 1) anggota tubuh bagian kepala, dan 2) nafs
(jiwa, atau warna emosi, atau temperamen seseorang). Secara lahiriah,
menyebabkan demam tinggi, badan
yang terasa membakar, gangguan
otak, mata, telinga, amandel, penyakit lupa, ketidakseimbangan otak kanan dan
kiri, stroke, hingga kanker otak. Adapun batiniah, melahirkan jiwa-jiwa pemberontak, pembangkang,
keras hati, pemarah, syahwat tak terkendali (selalu ingin berjima),
dan susah untuk taat pada perintah Tuhan.
Adapun jika jenis makanan yang dikonsumsi bersifat dingin dan berlebihan,
akan memberikan efek dingin (beku) pada empedu hitam dan cairan lendir. Hingga,
jika kadarnya berlebihan, maka mempengaruhi kinerja: 1) anggota tubuh bagian
bawah, seperti tangan, kaki, perut, dada, dan alat reproduksi, dan 2) ruh
(baca: kadar usia, di luar dari bahasan takdir).
Jenis makanan dingin akan menyebabkan rendahnya tekanan darah, , meningkatnya carian empedu hitam,
dan lendir. Secara lahiriah, menyebabkan pegal-pegal,
kram otot, kulit pucat (ruam kuning), badan mudah lelah, gangguan jantung,
sesak nafas, ginjal, hingga impotensi. Secara batiniah, menyebabkan kesedihan,
peka (empati di satu sisi), mati syahwat, badan terasa dingin, hilang harapan
(kematian yang tiba-tiba).
Sampai di sini, para pakar medis kuno juga percaya bahwa terdapat hubungan
saling mempengaruhi antara kadar cairan tubuh, empat elemen bumi, dan gambaran
kejiwaan seseorang. Pengembangan ilmu ini mencapai kematangannya oleh para
filsuf sekelas Hippocrates, Gelanus, Imam Jafar Shodiq as, Imam Ali Musa Ridha
as, Ibn Sina, Zakaria Razi, Sigmun Freud, Alfred Adler, Erich Fromm, Carl
Gustav Jung, hingga pakar Tebbe Islami sekelas Ayatullah Tabriziyan, dan
lainnya.
Semoga di tulisan berikutnya dapat dipaparkan banyak
bahasan, terkait apa dan bagaimana
hubungan
yang ada antara jenis makanan, kadar cairan tubuh, empat
elemen alam, iklim bumi, dan gambaran kejiwaan seseorang. Bersambung.
Bahan Rujukan:
1. Tebbe
Jami Imam Shodiq, Latif Rashidi & Said Rashidi, Cet. 1, Tehran, 1393.
2. Tebbe
Jami Phayambar Azham, Latif Rashidi & Said Rashidi, Cet. 4, Tehran, 1391.
3. Nuskheh-haye
Phishgiri va Darman-e Ahle Bait as, Hasan Zarqani, Jilid 1, Cet. 2, Qom, 1395.
4. Cara Cerdas Pilih Jurusan Demi Profesi
Impian, Bondhan Kresna W., S. Psi., Cet. 1, Yogyakarta, 2010 (Buku Online Google,
di https://books.google.com)
5. Materi
kuliah
di Kelas Pengobatan Islami
Mezaj Shanasi Karbordi, oleh Al-Ustadz Aqhachani.
0 Komentar