Ia tercipta dari cahaya penuh
kasih sayang, ia adalah kesempurnaan dari cipta dan karenanya ia menjadi
penyebab segala yang tercipta. Ia datang merahmati dan di akhirat nanti ia
memberi syafaat, Ia adalah Muhammad saw.
Ya Nabi salâm ‘alaika (Wahai Sang Nabi, salam untukmu)
Ya Rasûl salâm ‘alaika (Wahai Sang Rasul, salam untukmu)
Ya Habîb salâm ‘alaika (Wahai Sang Kekasih, salamuntukmu)
ShalawatulLâh ‘alaika (Shalawat Allah selalu teruntuk padamu)
Ya Rasûl salâm ‘alaika (Wahai Sang Rasul, salam untukmu)
Ya Habîb salâm ‘alaika (Wahai Sang Kekasih, salamuntukmu)
ShalawatulLâh ‘alaika (Shalawat Allah selalu teruntuk padamu)
Rabiul Awwal adalah bulan istimewa, bulan di mana baginda Nabi Muhammad
saw lahir ke bumi. Kelahiran ini sebagai tanda bahwa risalah umat manusia akan
terus berlanjut. Kelahiran itu seperti purnama, indah karena bulan memancar
pada kegelapan, ia datang menerangi di saat manusia diselubungi kegelisahan,
keraguan dan penantian panjang oleh sekelompok manusia yang masih memegang
teguh risalah Musa dan Isa. Ahmad nama yang beri oleh Ibunya, Aminah, yang
kemudian hari ia dikenal dengan nama Muhammad.
Wajah itu bagai rembulan karena keindahannya, bersinar seperti matahari,
menerangi bumi untuk memberi kehidupan. Menatap wajah baginda adalah ibadah,
karena pada wajah Rasulullah terpancar cahaya yang membuat setiap penatap akan
mengalami keadaan pada dirinya yang dilingkupi dengan keimanan kepada Tuhan. Di
sanalah tajalli Tuhan yang paling sempurna, paling agung dan termulia. Wajah
yang penuh kharismatik, tuturnya penuh dengan kelembutan, seluruh personifikasi
fisiknya indah dan sempurna sebagai cerminan jiwanya yang dipenuhi sifat-sifat
keagungan.
Maulid adalah salah satu pendekatan untuk mengenal dan memahami nabi.
Ia dipahami dan dikenal karena ia sangat dekat dengan manusia, bahkan setelah
kematiannya pun ia tetap dekat. Ia tatap melihat dan menyaksikan umatnya, ia
bersedih ketika umatnya terjerembap dalam kubangan dosa dan bergembira ketika umatnya terangkat
kemuliaannya. Ia memberi dengan tulus dan mengajari dengan kasih sayang. Ia memberi
contoh dengan perangai keindahan akhlak.
Di dalam maulid manusia bisa mendapatkan transformasi pengetahuan dan pengenalan,
dan dengan itu manusia dapat menumbuhkan rasa rindu dan cinta. Dan dengan rasa cinta
itu, manusia dapat menjadikan sebagai wirid penyucian jiwa dalam menapaki kehidupan
spiritual. Maulid merupakan kesadaran sejarah atas kehidupan baginda
nabi, sekaligus sebagai cara mengungkapkan kecintaan. Maulid bukan perkara
syariah, akan tetapi syiar Islam, sehingga orang menjadi tahu, bahwa baginda
nabi adalah sosok insan kamil, yakni manusia sempurna yang menjadi penyebab penciptaan.
Secara sederhana, penghormatan yang dikemas dalam bentuk maulid menjadi
wajar dilakukan oleh manusia, sebab perayaan atas kelahiran baginda nabi adalah
wujud rasa terima kasih dan kecintaan manusia atas seluruh pengorbanan yang
dialami oleh baginda nabi, dan sekaligus sebagai pengakuan atas sebab dari
keberadaan seluruh wujud yang lain.
Sekali lagi, maulid adalah transformasi kesadaran historis yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari unsur-unsur agama. Sebab pada diri baginda nabi terdapat sisi yang jauh besar dari semesta ini. Napak tilas, atas kehidupan baginda nabi adalah cara menggabungkan manusia secara ruhaniah, yakni memantik ingatan manusia pada dimensi masa lalu baginda nabi seraya menyerap sifat-sifat baik dan mulia.
Sekali lagi, maulid adalah transformasi kesadaran historis yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari unsur-unsur agama. Sebab pada diri baginda nabi terdapat sisi yang jauh besar dari semesta ini. Napak tilas, atas kehidupan baginda nabi adalah cara menggabungkan manusia secara ruhaniah, yakni memantik ingatan manusia pada dimensi masa lalu baginda nabi seraya menyerap sifat-sifat baik dan mulia.
Maulid juga merupakan ikhtiar sosial dari pergumulan panjang. Proses
historis dan produk sosial lahir karena terjadi adanya pergumulan batin sebagai
sebuah desakan kerinduan atas ketiadaan nabi. Kegelisahan otak dan desakan
batin menjadi alasan ilmiah untuk menciptakan senandung berupa kisah dan
berbagai cerita yang dikemas dalam ragam seni dan budaya. Semisal tari zamman dan
kisah histori Barazanji.
Tentu harapan besar dari peringatan maulid adalah bagaimana agar
manusia melakukan perjalanan ruhaniah dengan seluruh bentuk pikiran pada
ingatan-ingatan tentang Nabi Muhammad saw, dengan begitu, pikiran kita akan
terbiasa mengingat Tuhan dalam diri baginda Muhammad, ini adalah jalan menuju
Tuhan, sebab tajalli Tuhan yang paling sempurna terdapat pada Rasulullah Muhammad.
Keadaan seperti ini akan membawa kita pada penghayatan, yakni sebuah proses internalisasi diri tentang sebuah nilai yang ditangkap oleh pikiran kita. Selanjutnya akan membentuk rasa kerinduan yang mengguncang dan berujung pada kebersamaan, maksudnya seseorang jika sudah terpaut dalam logika cinta ia akan terus ingin bersama dengan sang kekasih.
Keadaan seperti ini akan membawa kita pada penghayatan, yakni sebuah proses internalisasi diri tentang sebuah nilai yang ditangkap oleh pikiran kita. Selanjutnya akan membentuk rasa kerinduan yang mengguncang dan berujung pada kebersamaan, maksudnya seseorang jika sudah terpaut dalam logika cinta ia akan terus ingin bersama dengan sang kekasih.
Jadi maulid itu bukan sekedar pertemuan dalam mengenang baginda
Muhammad, akan tetapi sebagai sebuah madrasah yang menjelaskan sosok insan kamil. Efek insan kamil, khususnya sifat Jamaliah dan Jalaliah Tuhan yang
terdapat pada sosok Rasulullah akan memberi kegelisahan untuk berada pada
majelis. Majelis seperti maulid, ruh-ruh akan mengantarkan kita pada imajinasi ruang
dan waktu pada sosok sayyidul wujud yakni nabi Muhammad saw.
Maulid juga adalah sebuah sambutan dan penghormatan atas kelahiran dan kedatangan
wujud awal dari seluruh wujud yang ada. Kitab suci sebelum Quran, telah memberi
tahu kita bahwa masih ada nabi terakhir yang akan datang membawa risalah
sebagai penyempurnaan dari seluruh kitab-kitab yang ada. Dengan informasi itu,
manusia kemudian menantikan sosok nabi terakhir itu.
Penantian yang panjang adalah bentuk kesadaran profetik dan atas kelahiran dan kedatangan tersebut, setelah kematiannya, manusia kemudian selalu ingin memperingati sebagai wujud keberuntungan manusia. Sebab manusia meyakini bahwa kehadiran Nabi Muhammad sebagai rahmat sekalian alam.
Penantian yang panjang adalah bentuk kesadaran profetik dan atas kelahiran dan kedatangan tersebut, setelah kematiannya, manusia kemudian selalu ingin memperingati sebagai wujud keberuntungan manusia. Sebab manusia meyakini bahwa kehadiran Nabi Muhammad sebagai rahmat sekalian alam.
Sama seperti ziarah dan shalawat adalah cara manusia menghadirkan nabi
dalam seluruh lokus ingatan. Dalam shalawat misalnya, ia tidak hanya berfungsi
sebagai zikir atau tasbih semata, akan tetapi juga dapat mengandung unsur pertobatan,
pertumbuhan dan peningkatan daya serap sifat-sifat Tuhan dalam diri seseorang.
Dalam peringatan berupa drama, film, puisi, berbagai langgam dan pujian akan dipentaskan sebagai wujud kerinduan dan kecintaan semata-mata pada kedekatan kepada Allah yang di perankan oleh baginda Nabi.
Dalam peringatan berupa drama, film, puisi, berbagai langgam dan pujian akan dipentaskan sebagai wujud kerinduan dan kecintaan semata-mata pada kedekatan kepada Allah yang di perankan oleh baginda Nabi.
Unsur-unsur shalawat sangat bersifat universal untuk membentuk karakter
cinta pada baginda Muhammad. Shalawat tidak saja sebagai obat bagi penangkal
kerinduan. Tetapi shalawat juga dapat menjadikan manusia seindah permadani dalam
keindahan batin, dapat membentuk sebuah unsur kesadaran pribadi menjadi sebuah
kesadaran kolektif, yakni menimbulkan rasa empati dan kecintaan antar sesama
manusia. Dengan begitu, tangga-tangga spritualitas manusia akan naik menghampiri
sifat-sifat kemuliaan.
Maulid ataupun membaca sejarah hanyalah bahagian kecil dari upaya untuk
memahami baginda Muhammad. Bahkan upaya pendekatan ilmu tersebut di atas, hanya
merupakan stimulus untuk mendapatkan curahan pengetahuan dari nabi. Kerena
bahkan kehadiran kita, sangat tergantung pada baginda nabi sebagai sayyidul
wujud. Artinya kefahaman kita tentang nabi, itu semata karena restu, yakni
sebuah sifat kasih sayang nabi terhadap manusia, sehingga ilmu dapat diserap atau pengetahuan yang diperoleh adalah kucuran
cinta nabi atas sebab dari keinginan kita dalam memahami nabi. Jadi bahkan keinginan
kita pada ilmu untuk memahami sesuatu adalah merupakan rentetan dari cinta
baginda Muhammad pada manusia.
Shalawat adalah pembuka pintu bagi terpenuhinya seluruh nilai kemuliaan
dan kebaikan atas seluruh amal-amal manusia lainnya. Dengan shalawat, nilai
kebaikan manusia akan terukur, apakah diterima atau tidak. Salah satu fungsi
kenabian atau risalah adalah menyempurnakan. Seluruh perbuatan baik manusia
hanya akan diterima apa bila ada pengakuan, bahwa wilayah kenabian adalah otoritas
Tuhan yang di wakilkan kepada para nabi, dan pengakuan itu tidak boleh terputus
karena nabi telah wafat. Bumi tidak boleh kosong dari penyebab atas segala
sesuatu. Kekosongan berarti kehancuran, karena itu risalah tidak boleh berhenti
atau terputus karena ketiadaan nabi.
Kata-kata Wa Ali Muhammad dalam shalawat, tidak sekedar
di pasangkan, akan tetapi kata-kata Wa Ali Muhammad tersebut adalah merupakan
keberlanjutan risalah. Berakhirnya fase kenabian, bukan berarti risalah kosong
dari bumi. Risalah harus terus berkesinambungan sampai akhir zaman. Bahwa khatamun
Nabi, tidak berarti berakhirnya tuntunan risalah. Bumi dan seluruh persoalannya
terus berkembang dan perkembangan itu tidak mungkin tanpa jawaban risalah.
Kehadiran Baginda Muhammad, baik sebagai manusia pada umumnya maupun
sebagai nabi, adalah satu rangkaian sebagai pembawa risalah. Baginda nabi tidak
sekedar sebagai sang pencerah tetapi sekaligus sebagai penyelamat. Itulah
mengapa baginda Muhammad di utus sebagai rahmatan lil alamin, artinya
eksistensi kehadirannya secara fisik sebagai pembawa kesempurnaan atas seluruh ciptaan.
Dan secara esensi kehadiran dan keberadaan sebagai pembawa risalah kesempurnaan
atas kebenaran-kebenaran ajaran sebelumnya.
Diutusnya baginda Muhammad bukan semata karena kultur kejahiliaan
manusia, tetapi sebagai pembawa berita gembira, artinya kegembiraan itu
disebabkan karena membawa risalah sebagai petunjuk, yang merupakan induk ilmu
dari semua risalah yang ada. Di samping itu, kehadirannya sendiri sebagai sistem
penjelas terhadap semua risalah yang lalu dan sekaligus membawa syariat baru
yang komperhensif dan sempurna. Yang terpenting dari semua itu adalah sosok
keseluruhan baginda Muhammad sebagai sosok manusia agung, yang karenanya, seluruh
wujud ini ada, dikarenakan keberadaan Nur Muhammad.
Manusia, memiliki kecenderungan membangun relasi atau berinteraksi
antar sesama dan di dalam interaksi tersebut terdapat makna yang bisa membawa kesan
dan kebahagiaan. Dalam keluarga misalnya, setiap ada pertemuan keluarga, para
orang tua akan merasa senang dan bangga menceritakan perilaku anak-anak mereka.
Kebahagiaan akan terpancar dari wajah mereka. Nah, korelasi baginda Muhammad dengan
itu semua adalah, kalau anak kita saja bisa memberikan rasa kebahagiaan dan
cinta, apatah lagi menceritakan orang mestinya lebih kita sayang dan cintai
melebihi dari anak-anak kita yang tentunya juga lebih utama dari anak-anak
kita.
Maulid, adalah sejarah yang penuh dengan nuansa estetika, penuh dengan
sakralitas. Pada maulid tersebut, manusia akan berimprovisasi tentang bagaimana
menumbuhkan pemaknaan akan kecintaan pada Baginda Muhammad. Dalam maulid, kita
akan menemukan sentuhan seni dengan membuat nada sesuai dengan kultur dan
keadaan jiwa masyarakat. Kekayaan khasanah masyarakat muslim dapat ditelusuri
pada berbagai literatur sejarah peradaban Islam. Ini menunjukan bahwa, tradisi
literasi masyarakat muslim, sangat tinggi.
Masyarakat yang kehilangan pegangan akan makna kehidupan
nabi, meskipun secara intelektual, generasi muslim saat itu, tumbuh secara
pesat. akan tetapi, tanpa pegangan dan tradisi kenabian yang kuat, masyarakat
akan tumbuh tanpa kontrol. Etika dan moralitas akan lumpuh, kehidupan bebas,
barbar akan menjadi prinsip. Siapa yang kuat akan menjadi tuan terhadap
berbagai penyimpangan. Karena itulah, kita membutuhkan media untuk berkumpul menapaktilasi
biografi kehidupan manusia suci, sayyidul wujud.
Karena itu, maulid adalah cara bagaimana untuk mendekatkan kita pada sisi kehidupan nabi. Masyarakat kita tidak bisa beradaptasi pada autodidak secara baik, maka para ulama kemudian mencari format agar masyarakat bisa memahami sedikit demi sedikit sejarah kehidupan nabi. Karena itulah, Al-Barazanji berusaha keras membuat format sejarah yang kemudian dikenal dengan Barzanji.
Karena itu, maulid adalah cara bagaimana untuk mendekatkan kita pada sisi kehidupan nabi. Masyarakat kita tidak bisa beradaptasi pada autodidak secara baik, maka para ulama kemudian mencari format agar masyarakat bisa memahami sedikit demi sedikit sejarah kehidupan nabi. Karena itulah, Al-Barazanji berusaha keras membuat format sejarah yang kemudian dikenal dengan Barzanji.
Maulid , shalawat dan Profetik
Maulid sebagai produk sejarah yang dibangun di atas kesadaran profetik,
tentu tidak mungkin di hukumi pada hukum syariat. Maulid sebagai kenyataan
sejarah yang lahir dari rahim peradaban Islam adalah wujud kepedulian terhadap memudarnya
syiar-syiar Islam dalam bentuk karya sastra dan budaya yang bernilai tinggi.
Kehidupan individualis masyarakat, kekuasaan yang kering dari spritualitas, semena-mena pada masyarakat, telah menggugah kesadaran tokoh-tokoh Muslim untuk mengembalikan superioritas peradaban Islam yang sesungguhnya. Berakhirnya fase kenabian membuat umat Islam mengalami kesedihan yang berkepanjangan serta berbagai persoalan kepemimpinan.
Kehidupan individualis masyarakat, kekuasaan yang kering dari spritualitas, semena-mena pada masyarakat, telah menggugah kesadaran tokoh-tokoh Muslim untuk mengembalikan superioritas peradaban Islam yang sesungguhnya. Berakhirnya fase kenabian membuat umat Islam mengalami kesedihan yang berkepanjangan serta berbagai persoalan kepemimpinan.
Rentang perjalanan peradaban Islam yang panjang dan berliku tidak saja menyisahkan
berbagai fitnah, tetapi dengan itu semua
ada aspek yang paling serius menjangkiti umat Muslim, yakni memudarnya bahkan
hilangnya semangat profetik di dalam masyarakat. Syiar-syiar Islam dalam masyarakat
hanya diamalkan sebahagian kecil komunitas sebagai penjaga risalah.
Kekuasaan politik yang cenderung refresif khususnya pada kalangan Ahlul
bait nabi, ditengarai sebagai sebab atas hilangnya sakralitas agama-agama
profetik. Agama profetik dibenturkan dengan kekuasaan, karena kekuasaan sering
kali merasa terancam pada kelompok profetik yang banyak dipertahankan oleh
kalangan Ahlul bait nabi. Pertentangan ini telah menyita waktu yang
berkepanjangan sehingga sebahagian tokoh muslim berusaha keras memulihkan
keadaan masyarakat dengan syiar-syiar Islam.
Pengetahuan, seni dan filsafat berkembang dengan pesat. Semua itu
dilakukan agar nilai-nilai profetik tersebar luas. Seni dikembangkan, dengan
sentuhan ornamen Islam, pengetahuan dikaji dari kitab suci dengan perangkat
logika Yunani, filsafat dikembangkan dari Aristoteles dan Plato oleh Ibnu Sina,
matematika di formulasi oleh Al-Jabr dan Al-Khawariz. Semua itu didasarkan
atas semangat tamadun Islam.
Karena keadaan yang begitu menggelisahkan pada jiwa umat Islam saat itu,
lalu gagasan-gagasan kreativitas intelektual yang didasari kedalaman spiritual, lalu
muncullah “Al-‘Allamah al-Muhaddits Al-Musnid
as-Sayyid Ja’far bin Hasan Al-Barzanji adalah Mufti Asy-Syafi’iyyah di Kota
Madinah Al-Munawwarah. Berhasil membuat kitab
sejarah yang kental dengan nuansa sastra. Tujuannya adalah agar para pembaca
tertarik. Karya-karya sastra pada saat itu menjadi daya tarik tersendiri,
dengan begitu, Al-Barazanji menulisnya dengan gaya sastrawi.
Gagasan profetik-historis adalah sebuah teori
untuk menyebarluaskan pada masyarakat agar mengenal kembali seluruh tata nilai
masyarakat yang perankan oleh baginda Muhammad. Jadi profetik adalah sebuah
teori sastra-historis yang alur ceritanya dipenuhi dengan gaya bahasa yang
bernilai tinggi. Kultur masyarakat Arab, serta kecenderungan pada sastra,
membuat Barazanji cepat tersebar, menabrak seluruh kultur yang penuh dengan kejenuhan.
Profetik, bermaksud membangun kultur kenabian,
merangkai tata politik etis, menuju masyarakat madani. Bermula dari shalawat,
lalu tumbuh menjadi kecintaan pada diri baginda, seterusnya, masyarakat akan
kembali menggali nilai-nilai sakralitas kenabian, suasana masyarakat akan
kembali hidup dengan nilai-nilai nubuwah, kekerabatan antar tetangga, teman,
orang tua dan anak-anak akan dipenuhi dengan tata krama. Nyanyian atau
pujian-pujian mistis shalawat akan terdengar di surau atau di setiap rumah.
Ya, shalawat kepada nabi, maulid akan
kembali menghiasi Rabiul Awwal, ceramah maulid akan memenuhi masjid-masjid, pentas-petas
puisi akan menggema memasuki ruang-ruang rumah para pencinta, cerita-cerita dan
berbagai daya tutur berupa nyanyian akan terdengar merdu menghiasi jiwa-jiwa
yang telah siap menyambut sohibus zaman, Al-Mahdi afs.
Makassar, 17 November 2019
1 Komentar
Mantap, salawat
BalasHapus