Subscribe Us

ksk logo.jpg

Berkata Benar dan Baik, atau Diam!

Ustadz Mohammad Adlany, Ph.D.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari ucapan. Mulut kita berbicara dari pagi hingga malam, menyampaikan pikiran, keluh kesah, candaan, hingga kritik. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya, “Apakah semua yang aku katakan ini benar? Apakah ucapanku membawa kebaikan?”

Nabi Muhammad saw pernah bersabda dengan tegas namun penuh hikmah:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat ini sederhana, tapi maknanya luar biasa dalam. Rasulullah saw mengajarkan bahwa ucapan bukan sekadar bunyi. Setiap kata adalah tanggung jawab, bisa menjadi jalan menuju kebaikan atau malah menjerumuskan ke dalam dosa.

Kata-kata yang keluar dari lisan kita sejatinya mencerminkan isi hati dan pikiran kita. Orang yang hatinya jernih dan pikirannya lurus, akan berhati-hati dalam berbicara. Ia tidak asal menyampaikan opini, tidak mudah menyebarkan informasi yang belum jelas, apalagi berkata kasar atau menyakitkan hati orang lain.

Kebenaran adalah prinsip penting. Tapi kebenaran saja tidak cukup. Kebenaran yang disampaikan dengan kasar bisa melukai. Karena itu, Islam tidak hanya memerintahkan berkata benar, tetapi juga berkata dengan cara yang baik.

"Dan katakanlah kepada manusia perkataan yang baik..." (QS. Al-Baqarah: 83)

Ada saatnya kita tahu sesuatu itu salah, tapi belum siap menyampaikannya dengan cara yang bijak. Atau kita ingin menanggapi sesuatu, tapi belum tahu kebenarannya secara pasti. Dalam kondisi seperti ini, diam bukan kelemahan, tapi kebijaksanaan.

Diam dapat menjadi bentuk kesabaran, bentuk pengendalian diri, dan bahkan bentuk ibadah. Tidak sedikit orang yang tersandung masalah hanya karena lisannya tak terkendali. Ucapan yang menyebarkan gosip, mencela, memfitnah, bisa menjadi sebab runtuhnya kehormatan, bahkan persahabatan.

Menjaga lisan bukan hal mudah. Tapi itu adalah tanda kedewasaan spiritual dan emosional. Orang yang mampu menahan diri dari berkata buruk, adalah orang yang punya kontrol diri yang kuat.

Maka, sebelum berbicara, biasakan bertanya dalam hati: Apakah ini benar? Apakah ini baik? Apakah ini perlu dikatakan sekarang? Jika salah satunya tidak, mungkin diam adalah pilihan terbaik.

Di zaman media sosial seperti sekarang, di mana semua orang bisa bicara dan didengar dalam sekejap, nasihat Nabi “berkata baik atau diam” menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Jangan sampai jari-jari kita mengetik apa yang lisan pun tak pantas mengucapkan.

Karena itu, jadikan ucapan kita sumber ketenangan, bukan keresahan. Jadikan kata-kata kita membawa harapan, bukan luka. Dan bila ragu, ingat pesan Nabi: lebih baik diam.


gambar :https://sidogiri.net/.  https://www.rri.co.id/

Posting Komentar

0 Komentar