Subscribe Us

ksk logo.jpg

Liputan Maulid 1: Kehidupan Nabi Sumber Mata Air yang Tidak Pernah Kering


 Selamat datang bulan Rabiul Awwal. Selamat datang bulan yang berlimpah cinta pada Sang Nabi. Bulan yang semarak dengan peringatan maulid Nabi. Di bulan yang mulia ini redaksi berkomitmen untuk menurunkan liputan  tentang maulid dari beberapa komunitas pecinta Nabi dan Keluarganya. 

Pada hari senin pagi tanggal 25 Oktober 2021 bertepatan dengan 17 rabiul Awwal 1443 H, salah satu kelompok pecinta Nabi, memperingati maulid di sebuah pesantren tahfiz di Gowa.

Pada pengantar ceramahnya, uztad Ridwan yang tampil sebagai pembawa hikmah maulid, terlebih dahulu mengajak jamaah untuk bersyukur atas kehadiran mereka di majelis tersebut. Menurutnya, kehadiran jamaah bukanlah suatu kebetulan, karena secara rasional tidak ada sesuatu yang disebut kebetulan. Semuanya berada dalam cakupan hukum sebab akibat. 

Menurutnya, kehadiran di acara tersebut tidak lepas dari campur tangan dan bimbingan dari Allah SWT. Percikan cahaya cinta kepada Nabi utusan-Nya lah yang telah memerintahkan gerak kaki kita melangkah ke tempat tersebut. Hal itu merupakan salah satu nikmat besar yang harus disyukuri. 

Perintah bersyukur atas nikmat Allah tersebut sebagaimana dalam firman-Nya bahwa barang siapa yang bersyukur maka pasti Allah akan tambah nikmatnya. Akan tetapi barang siapa yang ingkar dan tidak bersyukur maka Allah akan menimpakan yang tidak sekedar azab, melainkan azab yang pedih. 

Dalam pembahasan tafsir, jika ada sebuah perintah yang didalamnya terdapat penegasan berupa ancaman maka pasti secara hakiki hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat kita butuhkan. Pasti ada manfaat yang sangat besar dari perintah tersebut. 

Lebih lanjut pada inti ceramahnya beliau menggambarkan sejarah kehidupan nabi sebagai mata air pengetahuan yang tidak pernah kering. Umumnya yang sering dikemukakan orang tentang Nabi misalnya ketika diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun. Seterusnya terhadap hal-hal yang umum lainnya seperti hijrah Nabi, perang badar, perang uhud, dll. Pada intinya kita memiliki pengatahuan yang sangat terbatas selain hal-hal umum itu. Sekiranya hal tersebut mau dibahas, mungkin saja cuma butuh waktu satu hari atau anggaplah satu bulan untuk membahasnya. Jika demikian, dimana pengetahuan yang sifatnya mendetail tentang kehidupan nabi? Menurutnya, Itulah yang menjadi tanggung jawab kita untuk mempelajarinya. 

Dalam kesempatan itu pula, alumnus hauzah yang pernah menimba ilmu selama lebih dari 20 tahun di Asia Barat tersebut memperingatkan bahaya berada di zona nyaman. (Baik kenyamanan dari segi material maupun kenyamanan berada pada kondisi-kondisi spritual dan amalan tertentu -Red). Menurut beliau, zona nyaman bagi seorang pecinta adalah ketika dia sudah sampai pada konsep Lailahaillallah. Dalam hal ini bukan sekedar ucapan Lailahaillallah (tiada Tuhan selain Allah). Bahkan sampai pada konsep yang lebih tinggi lagi yakni Lamaujudan illallah (tidak ada yang wujud selain Allah).

Dipenghujung ceramahnya, beliau mengajarkan sebuah dzikir yang diriwayatkan dari Imam Ridho (salah seorang keturunan ahlul bait nabi). Menurutnya, dzikir tersebut adalah amalan yang benar-benar ril karena mencakup keseluruhan. Di dalamnya ada dzikrullah (mengingat Allah) yang dilanjutkan dengan perintah berwilayah kepada Nabi dan keluarganya. Dzikir yang dimaksud tersebut adalah sholawat. اللهم صل علی محمد و آل محمد

Diakhir ceramahnya beliau memberi tantangan kepada jamaah untuk merealisasikan mencontoh nabi sebagai suri tauladan dan rahmatan lil alamin. Bagaimana bisa menginspirasi ataupun mentransendensi seseorang yang melihat kita, maka ingatannya langsung mengingat nabi. Rahasianya menurutnya adalah mengamalkan sholawat sebanyak-banyaknya.


Posting Komentar

0 Komentar