![]() |
Oleh : Ustad Syamsunar Nurdin |
Dalam
kitab-kitab akhlak dan irfan amali terdapat bab pembahasan tentang syukur.
Menurut para ulama ini, syukur dapat dibagi dalam tiga bentuk; syukur lisan, syukur perbuatan, dan syukur qalbu.
Menurut para ulama ini, syukur dapat dibagi dalam tiga bentuk; syukur lisan, syukur perbuatan, dan syukur qalbu.
Syukur
lisan bahwa lisan kita mengucapkan Alhamdulillah atas segala nikmat-nikmat
pemberian Tuhan, baik itu tentunya pemberian dan rezki materi, terlebih lagi
pemberian dan rezki non-materi (maknawiah).
Imam Shadiq as
berkata:
ما انعم الله علی عبد بنعمه صغرت او کبرت فقال الحمدلله الا ادی شکرها
Yakni seorang hamba jika memperoleh nikmat dari Allah SWT, baik itu besar maupun kecil, lantas ia mengucapkan Alhamdulillah, maka ia telah menjalankan syukurnya.
Adapun
syukur perbuatan adalah seluruh pemberian Tuhan dipergunakan dalam beribadah
kepadaNya dan berkhidmat kepada makhluk-makhlukNya. Rezki yang diperoleh jangan
dipergunakan secara boros dan mubazir, serta semuanya dipergunakan dalam jalan
ketaatan kepadaNya.
Imam Shadiq as
berkata:
الشکر للنعم اجتناب المحارم
Yakni, mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan adalah menjauhi seluruh yang diharamkanNya.
Bentuk
terakhir syukur adalah syukur qalbu dan pikiran (zikir dan pikir). Yaitu
memperhatikan dan merenungkan nikmat-nikmat Ilahi dan merefleksikan dalam
batin, syukur kepada Tuhan dengan senantiasa mengingatNya dan merenungi
keagunganNya.
Betapa
tidak, eksistensi kita ini semuanya fakir dan bergantung kepadaNya. Sebab itu,
wujud kita dan berbagai kebutuhannya, setiap saat memperoleh emanasi dariNya.
Hanya Dia Maha Kaya, karena itu hanya Dia pemberi mutlak.
Firman Tuhan dalam
Surah Fathir Ayat 15:
يا أيها الناس أنتم الفقراء إلى الله والله هو الغني الحميد
"Wahai
manusia! Kamulah yang memerlukan Allah (wujud fakir); dan Allah Dialah Yang
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji".
Oleh
karena itu, qalbu dan pikiran yang tidak memperhatikan nikmat-nikmat pemberian
Tuhan dan melewatinya dengan lalai maka disebut qalbu dan pikiran yang kufur
atas nikmat Tuhan.
FirmanNya dalam
Surah Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى
لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
Pada
hakikatnya, tidak ada nikmat pemberian Ilahi yang hilang setelah diberikan
kepada seorang hamba melainkan karena si hamba lalai dan kufur atasnya.
Tentu dari tiga
bentuk syukur yang disebutkan di atas maka syukur jenis qalbu dan pikiran lebih
tinggi derajatnya, sebab dalam syukur ini manusia diajak untuk khusyu’ dan
hudhu' dalam berhadapan keesaan, kemahakayaan, dan keagungan Allah SWT.
Gambar : http://milanovahh.blogspot.com
0 Komentar