Oleh : Tajuddin Noer
RINDU YANG TAK PERNAH USAI
Seperti ketulusan bunga
Indah dalam setiap tempat
Di taman atau di tengah belukar
Indah bunga tetap memencar
Seperti cinta Zulaiha pada Yusuf
Ia melihat cinta di seluruh kehadiran
Ia hanya terpesona pada cinta
Pada keindahan Yusuf semata
Bahkan pada dirinya pun ia lupa
Ia terbakar pada api cinta
Lebur dalam kesatuan wujud dan
Gila melihat penampakan cinta
Seperti tuan Masyur Al-Halaj
Melihat tiang gantungan seperti cinta
Pada kekasih yang ia rindu
Tak ada yang lain kecuali cinta
Mata Zulaiha hanya untuk kekasih
Dan gelora kerinduan Mansyur Al-Halaj
Tak pernah kunjung usai
Bahkan darahnya terus menggema
Berpusar di setiap jiwa
Melantunkan bait-bait cinta
Rindu yang tak pernah usai
Karena gerak cinta terus memanggilnya
Seperti gerak milik waktu
Engkau & aku hanya untuk saling merindu
Dan bila tiba di ujung cinta
Tak juga engkau, juga Yusuf
Kecuali pada kekasih abadi
Zulaiha hanya untuk cinta sejati
Jika rindu tak pernah usai
Lihatlah cara mati Al-Husein
Dalam satu ruang terhimpun seluruh cinta
Seribu panah ia sambut nyanyian qada
Karena ia melihat jalan ketetapan ilahi
Di padang Nainawa adalah syahada
Di padang Karbala ada ijab Qabul
Antara darah dan dan debu-debu
Terbang di pangkuan ilahi
Makassar, 21.02.2020
DIAM
Seperti laut dengan beribu rahasia
Ia menghidupi dan memberi
Seperti bumi menumbuhkan
Agar kehidupan berlangsung
Dalam titik edar ia berpendar
Seperti malam menyelimuti semesta
Agar lelah beranjak dari tubuh
Agar rahasia keagungan terungkap
Oleh para kafilah yang karam dalam sujud
Maratap dalam munajat panjang
Seperti engkau membuang kata
Padahal itu adalah aibmu
Simpanlah rapi dalam selubung jiwa
Agar kelak makna kata engkau petik
Dalam anugrah penuh cinta
Diam adalah emas
Bukan ingin memasung lidah
Agar berkata-kata, tapi
Agar jiwamu tumbuh dalam cahaya
Karena tak menyebar duri
Sudah ku bilang di waktu dahulu
Simpanlah masalahmu untuk Tuhan saja
Karena selainnya hanya akan menebar bara
Seperti membakar sekam dalam lumbung
Menghanguskan tanpa sisa
Aku diam saja
Bukan untuk emas
Tapi agar engkau tidak terbakar
Seperti engkau membakar amal-amalmu
Karena kau telah menebar aibmu sendiri
Makassar, 21.02.2020
MERAWAT EGO
Semaikanlah jiwa pada rindu
Agar engkau bergerak dalam cinta
Benamkan ego dalam cinta
Agar tak tumbuh lagi
Hidupkanlah aqal dengan berpikir
Agar bersinar dalam jejak langka
Sadarkan aqal pada cinta
Agar ia tak angkuh
Sebab aqal tanpa cinta
Hanya akan melihat istana tanpa penghuni
Bujuklah cinta dengan aqal
Agar cinta menjadi tuan atas aqal
Aqal adalah tangga menuju cinta
Dari nafsu menuju istana
Dari jasad menuju ruh
Maka ego akan melampaui diri
Makassar, 22.02.2020
KASIH MAKA MAAFKANLAH
Meski aku tak memberimu bunga
Aku akan menjagamu dalam keindahan
Meski aku menabur duri di jejakmu
Aku ingin engkau mawas diri
Agar tak terjatuh dalam jurang kehinaan
Kasih masuklah dalam rimba jiwa
Aku akan menemanimu dalam petualangan
Aku akan menggenggam tanganmu
Hanya takdir yang akan melepasmu
Dari eratnya genggaman
Kasih, mari kita arungi laut
Karena hidup bukanlah tanpa badai
Badailah yang mengajarkan ketenangan
Jika air bah datang jangan gusar
Bahtera Nuh akan datang meraih tanganmu
Kita mengarungi samudra jiwa
Menuju dermaga cinta
Makassar, 22.02.2020
gambar : Faith Magazine
0 Komentar