Oleh : Shinta R. Siola
Mengenal Sejarah Medis Kuno
Belakangan ini, banyak manusia modern sedang jatuh cinta pada alam dan
menggaungkan pesan untuk segera kembali ke alam. Orang-orang percaya, bahwa
tidak ada tempat lebih sehat bagi manusia, selain alam tabiat (natural). Rumah
asli manusia dipercaya adalah tabiat, dan bukan rumah dengan dinding-dinding
kaca, tembok, maupun besi. Ketika manusia digiring masuk dan mendiami
rumah-rumah sintetis itu, maka dimulailah sejarah penyakit pada manusia.
Ketika Adam dan anak cucunya mulai hidup berkomunitas, maka tampak jelaslah
kebutuhan manusia akan dokter dan obat. Daftar penyakit pun semakin panjang.
Dipercaya oleh para pakar medis kuno, bahwa begitu Adam dan Hawa dikeluarkan
dari surga, maka bibit penyakit pun menyerang keduanya. Menurut riwayat, Ketika
Adam turun ke bumi, ia banyak menangis. Dikarenakan dehidrasi berat, Adam menjadi
kurus dan pucat. Postur tubuhnya memendek dan memadat. [Biharul Anwar, jilid
11, hal. 113]
Bagaimana Ilmu
Medis Kuno Bermula?
Menurut para dokter modern, dunia pengobatan ditemukan dengan metode
eksperimen yang dilakukan di laboratorium-laboratorium. Banyak yang sepakat
dengan pendapat ini. Tapi menjadi pertanyaan, ketika para Nomaden kuno tertimpa
wabah penyakit, apakah mereka mencoba semua ramuan dari semua akar dan tumbuhan
untuk pengobatannya, lalu sembuh? Tentu tidak. Sebab ada jenis tumbuhan beracun yang belum
teridentifikasi dan mengakibatkan kematian. Lalu dari mana dunia pengobatan
bermula?
Menurut riyawat, Allah Subhan menurunkan Adam as ke bumi dengan
membekalinya ilmu segala sesuatu, termasuk ilmu perbintangan dan pengobatan.
[Biharul Anwar, jilid 55, hal. 275, dan hal 64, bab 10]
Bagaimana Ilmu
Medis Kuno Berkembang?
Tentang bagaimana ilmu medis kuno mengalami perkembangan, maka banyak kemungkinan yang bisa digunakan untuk menjawab.
Salah satunya adalah, pengutusan para Nabi dan Rasul. Di antara tugas para Nabi
adalah memberi jawaban (solusi) atas permasalahan umat manusia, termasuk
penyakit dan pengobatannya.
Menurut riwayat, perkembangan medis kuno diprakarsai oleh Nabi Daud dan
Sulaiman as. sebagaimana penjelasan Imam Shodiq as, Di mihrab Nabi Daud as,
merambat satu pohon. Setiap harinya berkata kepada Daud as, "Ambillah aku. Aku adalah obat penyakit ini dan ini. [Biharul Anwar,
jilid 5, hal. 74]
Sumber ilmu dan pengetahuan setiap Nabi adalah wahyu. Akan tetapi ilmu dan
pengetahuan basyar berkembang dari ilmu dan pengetahuan sebelumnya,
yaitu berangkat dari ilmu sederhana menjadi ilmu majemuk.
Mengapa
Melirik Pengobatan Herbal?
Tebb-e Islami atau pengobatan yang berasas sunnah, banyak memanfaatkan akar
dan daun-daunan alami. Tapi jika diamati, farmasi modern pun banyak mengadopsi
fungsi dan kegunaan tumbuh-tumbuhan ini. Sehingga tidak tampak banyak
perbedaan. Akan tetapi, para pakar medis modern tetap melakukan riset dan
menggaungkan gerakan kembali ke tabiat, termasuk tidak menjadikan diri sebagai
tawanan obat-obat kimiawi pabrikan. Mengapa?
Mengutip perkuliahan Ayatullah Tabriziyan (seorang pakar tebb-e Islami),
saat ini penggunaan obat semakin meningkat jenis dan jumlahnya. Tidak hanya
itu, penggunaanya pun semakin bertambah baik segi jumlah yang diminum, maupun
kadar atau dosisnya. Sebagai seorang tabib yang idealis, Tabriziyan tidak bisa
menghindari penjelasan bahwa para musuh (Yahudi, sebagai produsen obat-obat
kimia terkemuka dunia) tentu mempunyai kepentingan tersindiri, yaitu terkait
strategi bisnis dan politik kepentingan lainnya. Menurut Tabriziyan, obat-obat
ini sengaja diracik dengan kadar ketergantungan dan resist yang sudah
diperhitungkan, sehingga keuntungan dapat terus diraup baik dari jumlah
produksi, maupun royalti. Hasilnya adalah, sel, otot, dan syaraf manusia
menjadi ketergantungan obat.
Apakah Seorang
Muslim Terlarang untuk Berobat di Pusat Medis Non Islam?
Tidak ada larangan sedikit pun. Tidak ditemukan riwayat pelarangan untuk
merujuk kepada dokter non Islam, baik Yahudi, Masihi, Yunani, India kuno,
maupun China. Akan tetapi, melihat asal-usul dan prinsipnya, tebb-e Islami
kembali kepada pengobatan wahyu dan sunnah Nabi saw. Lalu siapakah mereka yang
disebut tabib dalam pandangan Islam?
Siapakah Tabib
dalam Tebb-e Islami?
Singkat disebutkan dalam riwayat, bahwa seorang yang memiliki ilmu,
mengetahui asal muasal penyakit, sumber dan dari mana akarnya bermula, maka
merekakah yang disebut Tabib. Seorang tabib mengetahui dengan benar bahwa
penyakit bermula dari ketidaknormalan salah satu dari empat cairan dalam tubuh
(yaitu darah, empedu kuning, empedu hitam, dan lendir), dan menemukan obatnya juga
dari hasil diagnosa empat cairan tubuh
yang ada. Jika rendah, maka dinaikkan, dan jika tinggi diturunkan.
Sampai jumlah dan kadar cairan-cairan tersebut mencapai batas normalnya. [Nusheh-haye
Phisghiri va Darman-e Ahle bait as, Hasan Zarqani, hal. 35]. Bersambung....
Sumber:
1. Nusheh-haye
Phisghiri va Darman-e Ahle bait as, Hasan Zarqani, Cet. 2, Qom, 1395.
2. Materi kuliah Tebb-e Islami Mezaj Shanasi Karbordi, oleh Al-Ustadz Aqhachani.
0 Komentar