Subscribe Us

ksk logo.jpg

Rubrik Kesehatan: Mengenal Dunia Pengobatan Islam (1)


Oleh :  Shinta R. Siola

Mengenal Sejarah Medis Kuno 
Belakangan ini, banyak manusia modern sedang jatuh cinta pada alam dan menggaungkan pesan untuk segera kembali ke alam. Orang-orang percaya, bahwa tidak ada tempat lebih sehat bagi manusia, selain alam tabiat (natural). Rumah asli manusia dipercaya adalah tabiat, dan bukan rumah dengan dinding-dinding kaca, tembok, maupun besi. Ketika manusia digiring masuk dan mendiami rumah-rumah sintetis itu, maka dimulailah sejarah penyakit pada manusia.
Ketika Adam dan anak cucunya mulai hidup berkomunitas, maka tampak jelaslah kebutuhan manusia akan dokter dan obat. Daftar penyakit pun semakin panjang. Dipercaya oleh para pakar medis kuno, bahwa begitu Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, maka bibit penyakit pun menyerang keduanya. Menurut riwayat, “Ketika Adam turun ke bumi, ia banyak menangis. Dikarenakan dehidrasi berat, Adam menjadi kurus dan pucat. Postur tubuhnya memendek dan memadat.” [Biharul Anwar, jilid 11, hal. 113]

Bagaimana Ilmu Medis Kuno Bermula?
Menurut para dokter modern, dunia pengobatan ditemukan dengan metode eksperimen yang dilakukan di laboratorium-laboratorium. Banyak yang sepakat dengan pendapat ini. Tapi menjadi pertanyaan, ketika para Nomaden kuno tertimpa wabah penyakit, apakah mereka mencoba semua ramuan dari semua akar dan tumbuhan untuk pengobatannya, lalu sembuh? Tentu tidak. Sebab ada jenis tumbuhan beracun yang belum teridentifikasi dan mengakibatkan kematian. Lalu dari mana dunia pengobatan bermula?
Menurut riyawat, “Allah Subhan menurunkan Adam as ke bumi dengan membekalinya ilmu segala sesuatu, termasuk ilmu perbintangan dan pengobatan.” [Biharul Anwar, jilid 55, hal. 275, dan hal 64, bab 10]   

Bagaimana Ilmu Medis Kuno Berkembang?
Tentang bagaimana ilmu medis kuno mengalami perkembangan, maka banyak kemungkinan yang bisa digunakan untuk menjawab. Salah satunya adalah, pengutusan para Nabi dan Rasul. Di antara tugas para Nabi adalah memberi jawaban (solusi) atas permasalahan umat manusia, termasuk penyakit dan pengobatannya.
Menurut riwayat, perkembangan medis kuno diprakarsai oleh Nabi Daud dan Sulaiman as. sebagaimana penjelasan Imam Shodiq as, “Di mihrab Nabi Daud as, merambat satu pohon. Setiap harinya berkata kepada Daud as, "Ambillah aku. Aku adalah obat penyakit ini dan ini.” [Biharul Anwar, jilid 5, hal. 74]
Sumber ilmu dan pengetahuan setiap Nabi adalah wahyu. Akan tetapi ilmu dan pengetahuan basyar berkembang dari ilmu dan pengetahuan sebelumnya, yaitu berangkat dari ilmu sederhana menjadi ilmu majemuk.

Mengapa Melirik Pengobatan Herbal?
Tebb-e Islami atau pengobatan yang berasas sunnah, banyak memanfaatkan akar dan daun-daunan alami. Tapi jika diamati, farmasi modern pun banyak mengadopsi fungsi dan kegunaan tumbuh-tumbuhan ini. Sehingga tidak tampak banyak perbedaan. Akan tetapi, para pakar medis modern tetap melakukan riset dan menggaungkan gerakan kembali ke tabiat, termasuk tidak menjadikan diri sebagai tawanan obat-obat kimiawi pabrikan. Mengapa?
Mengutip perkuliahan Ayatullah Tabriziyan (seorang pakar tebb-e Islami), saat ini penggunaan obat semakin meningkat jenis dan jumlahnya. Tidak hanya itu, penggunaanya pun semakin bertambah baik segi jumlah yang diminum, maupun kadar atau dosisnya. Sebagai seorang tabib yang idealis, Tabriziyan tidak bisa menghindari penjelasan bahwa para musuh (Yahudi, sebagai produsen obat-obat kimia terkemuka dunia) tentu mempunyai kepentingan tersindiri, yaitu terkait strategi bisnis dan politik kepentingan lainnya. Menurut Tabriziyan, obat-obat ini sengaja diracik dengan kadar ketergantungan dan resist yang sudah diperhitungkan, sehingga keuntungan dapat terus diraup baik dari jumlah produksi, maupun royalti. Hasilnya adalah, sel, otot, dan syaraf manusia menjadi ketergantungan obat.

Apakah Seorang Muslim Terlarang untuk Berobat di Pusat Medis Non Islam?
Tidak ada larangan sedikit pun. Tidak ditemukan riwayat pelarangan untuk merujuk kepada dokter non Islam, baik Yahudi, Masihi, Yunani, India kuno, maupun China. Akan tetapi, melihat asal-usul dan prinsipnya, tebb-e Islami kembali kepada pengobatan wahyu dan sunnah Nabi saw. Lalu siapakah mereka yang disebut tabib dalam pandangan Islam?

Siapakah Tabib dalam Tebb-e Islami?
Singkat disebutkan dalam riwayat, bahwa seorang yang memiliki ilmu, mengetahui asal muasal penyakit, sumber dan dari mana akarnya bermula, maka merekakah yang disebut Tabib. Seorang tabib mengetahui dengan benar bahwa penyakit bermula dari ketidaknormalan salah satu dari empat cairan dalam tubuh (yaitu darah, empedu kuning, empedu hitam, dan lendir), dan menemukan obatnya juga dari hasil diagnosa empat cairan tubuh  yang ada. Jika rendah, maka dinaikkan, dan jika tinggi diturunkan. Sampai jumlah dan kadar cairan-cairan tersebut mencapai batas normalnya. [Nusheh-haye Phisghiri va Darman-e Ahle bait as, Hasan Zarqani, hal. 35].  Bersambung....

Sumber:
1. Nusheh-haye Phisghiri va Darman-e Ahle bait as, Hasan Zarqani, Cet. 2, Qom, 1395.
2. Materi kuliah Tebb-e Islami “Mezaj Shanasi Karbordi”, oleh Al-Ustadz Aqhachani.

Posting Komentar

0 Komentar