Subscribe Us

ksk logo.jpg

DEBAT TAKDIR DAN PUISI LAINNYA


Oleh : Tajuddin Noer

DEBAT TAKDIR

Pada pusat jiwa di gemuruh rindu
Aku nyalakan lilin menghalau gelap
Yang tak mau beranjak dari akal mesum
Bahkan aku meminang kunang-kunang
Agar mataku tetap bersama cahaya

Berulang kali aku mendobrak tirai
Menyuluh makna di balik gelap
Yang tersandera ego
Terlilit balutan nafsu
Tersulut amarah

Bahkan berkali-kali
Aku memutus rantai
Yang membelenggu kaki
Agar aku berhenti melangkah
Berpangku tangan-bertopang dagu

Ah aku bukan bayangan dari gelap
Bukan pula onggokan nafsu
Apalagi petir menggelegar
Tetapi aku hanya kafilah
Yang terpisah dari kaum darwisi

Duh, aku tidak kehilangan obor kehidupan
Tidak, aku akan terus melangkah
Bersama waktu di antara gerak
Meski membawa satu huruf
Akan arungi samudra

Karena waktu terus berputar
Pada poros kehidupan yang kian menua
Dan aku berdiri di antara siklus waktu
Memunguti makna yang tercecer
Di antara jalan berliku nan terjal

Sudahlah berhenti saja
Tak seorangpun membujukku
Untuk berkata dan berhenti melangkah
Mencari jejak tumpukan harapan
Entah yang terselip di balik takdir

Atau terbenam di perut bumi
Atau terselip di balik angin
Atau terhampar di pantai
Atau menyelinap di balik malam
Aku tetap merawat cahaya

Meskipun berpeluh cahaya
Berakhir di pusara seperti laron
Rela menyerahkan hidup
Dalam genangan cahaya
Maka matilah sebenar-benar mati

Makassar, 13.01.2020


MAKA BERSYUKURLAH

Dalam lelahnya jiwa menggapai mimpi
Aku mengais bongkahan dunia
Dari lembah sampai bukit
Dari ribuan jejak ada setumpuk isyarat
Dalam seribu doa seribu harap
Lalu melangkah mengurai semesta
Maka bersyukurlah

Dalam setiap bilik makna ketuklah
Dalam setiap kata khidmatilah
Dalam setiap kesempatan ambillah
Teruslah berjalan, jangan lipat tangan
Apalagi bertopang dagu
Terimalah, sedikit ataupun banyak
Maka bersyukurlah

Di antara laut pada hamparan semesta
Lesatkan anak panahmu
Kencangkan sabukmu
Ambillah yang terjatuh
Kuatkan jiwamu
Maka bersyukurlah

Makassar, 18.01.2020


NANTIKANLAH

Kasih aku baru saja berjalan
Dari tafakur yang melilitku
Di antara rindu menuju cinta
Menyusuri lokus-lokus waktu
Untuk mengeja rindu tak terperi
Karena terpisah dari kekasih

Di balik tirai semesta
Aku titip kisah deritaku
Pada angin dalam hembusan pilu
agar sunyi tak membunuhku
Aku melukis wajah kekasih
Dalam setiap anganku

Di ujung jalan di antara sepi
Aku menghela nafas dalam rindu
Menanti engkau yang tak tampak
Aku berbisik pada waktu
Agar perjumpaan terwujud
Meskipun lintasan bayanganmu
Sejenak dahaga akan terobati

Makassar, 21.01.2020

Sumber Gambar : https://pxhere.com/id/photo/815561

Posting Komentar

0 Komentar