Saat ini kita memasuki era kemajuan ilmu pengertahuan dan teknologi. Berbagai penemuan spektakuler dari waktu ke waktu berhasil dipublikasikan. Tentunya secara pasti lebih banyak lagi sisanya yang masih menyisakan misteri. Termasuk diantaranya penjelajahan alam semesta, masih sangat sedikit rahasia yang berhasil disibak. Walaupun demikian, Negara-negara maju dibidang ini dengan bangga menyiarkan penemuan-penemuan mereka kepada khalayak ramai.
Mari kita membayangkan luas alam semesta sejauh yang bisa terindrai oleh para ilmuan. Menurut Wikipedia diameter alam semesta sekitar 93 milyar tahun cahaya. Sementara menurut data NASA, jumlah bintang di galaksi bima sakti sekitar 400 milyar bintang. Bagaimana lagi dengan galaksi-galaksi yang lain. Masih menurut Wikipedia, ada sekitar 51 galaksi dalam grup local (yang terdekat), 100.000 galaksi terdapat di supergugus virgo dan diperkirakan 1 sampai 2 trilyun galaksi diseluruh alam yang dapat diamati. Sebenarnya jumlah itupun belum ada apa-apanya karena dari data National Public Radio, jumlah keseluruhan bintang lebih banyak dari seluruh butir pasir yang ada di bumi. Ilmuan memperkirakan terdapat sekitar 7,5 kutiliun butir pasir dibumi dimana 1 kuntiliun adalah angka 1 yang diikuti 18 angka nol dibelakangnya. Sementara jumlah bintang diperkirakan 10-200 sekstiliun, dimana 1 sekstiliun yakni angka 1 diikuti 21 angka nol dibelakangnya. Angka yang sungguh-sungguh fantastis !
Mengingat luasnya alam semesta tersebut, mungkinkah perjalanan manusia modern ini ke bulan, atau ke planet mars bisa dianggap sebagai penaklukan antariksa? Pertanyaan inilah yang mendasari seorang ulama Sayyid Murthada Mujtahedi Sistani (selanjutnya disebut Sayyid Sistani) dalam buku karyanya, Perjalanan Antariksa, Menyempurnanya Akal Manusia. Sebuah risalah berbentuk ebook dari Yayasan Islam Almonji.
Angkasa yang sedemikian luas terhampar tersebut menurut beliau tentu memiliki peradaban galaksi. Tidak ada keraguan bahwa terdapat kemungkinan adanya kehidupan diluar planet bumi ini. Beliau menyandarkan pandangannya kepada para ahli perbintangan yang berkumpul di green Bang, Virginia Barat pada tahun 1961 yang mengumumkan bahwa diperkirakan terdapat antara 40 juta sampai 50 juta planet berpenghuni di alam raya ini. Para penghuni dari sebagian besar planet tersebut diyakini memiliki tingkat kemajuan yang lebih dari kita. Bahkan para ahli astronomi sudah berkali-kali menangkap sinyal radio yang berasal dari mahluk pintar di luar angkasa. Tentu saja mereka berupaya mengirimkan pesan-pesan kebumi. Namun sampai sekarang belum dapat diketahui isi pesan-pesan tersebut. Dalam hal ini, atau bisa saja isi pesan-pesan tersebut sudah diketahui akan tetapi beliau mencurigai bahwa boleh jadi ada konspirasi pihak pemerintahan yang berwewenang dalam masalah ini sengaja tidak menyebarkannya kepada public.
Gambaran kemajuan peradaban antar galaksi yang misterius tersebut jika dibandingkan dengan capaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia saat ini tentu sangat sedikit. Menurut data terakhir bahwa mesin penjelajah luar angkasa tercepat yakni Perker Solar Probe memiliki kecepatan 700.000 km/jam. Coba bayangkan dengan kecepatan tersebut berapa lama waktu dibutuhkan untuk menjelajah alam raya yang luasnya sekitar 93 milyar tahun cahaya. Tentu sesuatu yang sangat mustahil. Matahari yang jaraknya 150 juta kilometer dari bumi saja butuh waktu sekitar 8 menit 20 detik untuk sampai ke bumi dengan cepatan cahaya 300.000 km/detik. Bagaimana lagi dengan kekuatan pesawat 700.000 km/jam tentu manusia butuh umur ribuan tahun untuk dapat mengarungi antariksa.
Proyek-proyek antariksa jika melihat realitas diatas tentu sesuatu hal yang mustahil. Hanya saja, upaya-upaya ilmuan dunia tersebut menjadi alat bagi imprealisme dunia yang mengklaim perjalanan antariksa mereka sebagai satu-satunya. Menurut Sayyid Sistani klaim tersebut hanyalah kedok untuk melanggengkan kekuasaan mereka yang zalim. Hal itu mereka lakukan supaya masyarakat dunia menjadi kagum atas kebesaran dan kekuatan yang luar biasa yang mereka peroleh. Melalui metode inilah mereka berusaha menjalankan misi-misi jahat mereka dan penjajahannya atas Negara lain. Cara ini tentu akan menciptakan ketakjuban dan rasa takut di hati masyarakat dunia, sehingga dunia takluk pada program jahat dan terselubung mereka.
Sayyid Sistani, dengan bersandar pada realitas tersebut mencurigai bahwa pada dasarnya para ahli astronomi mengetahui jika untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa dan untuk sampainya ke bintang-bintang yang jauh haruslah memiliki kekuatan yang keluar dari “waktu”. Disamping itu mereka juga harus menggunakan kecepatan diatas kecepatan cahaya. Hanya saja mereka tidak memiliki kemampuan tersebut karena metode ilmiah tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan. Disamping itu, biayanya sangatlah mahal. Biaya pendaratan Apollo 11 ke bulan saja yang jaraknya paling dekat dengan bumi diperkirakan lebih dari 5 milyar dolar. Pengiriman barang keluar angkasa tiap satu kilogram membutuhkan biaya 10 ribu juta dolar. Belum lagi resiko keselamatan miliyaran manusia yang dipertaruhkan demi proyek berbahaya ini. Pesawat investigasi NASA pada tahun 1997 dilaporkan membawa 32 kg plutonium keluar angkasa. Sekiranya proyek tersebut gagal dan meledak di atmosfer tentu akan menimbulkan kerusakan dan kehancuran berkelanjutan.
Ambisi besar bangsa-bangsa Barat untuk menaklukkan antariksa terbentuk pada kendala epistemologis. Mereka belum menemukan metode lain selain metode ilmiah untuk menjalankan misinya. Menyinggung hal tersebut Sayyid Sistani sambil mengutip ilmuan muslim klasik Jabir bin Hayan menyatakan, “Bisa jadi di alam terdapat keberadaan-keberadaan yang penghukuman terhadapnya berbeda dengan sesuatu yang pernah kita lihat dan kenal. Karena bangunan wujud setiap kita sedemikian rupa dimana kita tidak memiliki pengenalan dan pengetahuan terhadap seluruh keberadaan”. Pembatasan pada hal-hal inderawi pada metode ilmiah menyebabkan terjadinya pengingkaran wujud yang pada realitasnya memiliki wujud. Dengan demikian, sekalipun teknologi antariksa saat ini sudah bisa menjangkau bulan dan mars akan tetapi untuk menjangkau lebih jauh lagi, apa lagi jika sudah berbicara pengembaraan antar galaksi, dengan metode ini sungguh-sungguh mustahil.
Pertanyaan yang muncul kemudian, jika demikian mungkinkah manusia melakukan pengembaraan antariksa tersebut ? Sayyid Sistani dengan yakin menyatakan bahwa kita tidak bisa mengingkari kemungkinan perjalanan ke galaksi-galaksi meskipun jarak sekian tahun cahaya dari kita. Beliau kemudian menunjuk perjalanan antariksa yang dikenal dengan mi’raj Rasulullah dan Imam-Imam setelahnya yang merupakan bahagian yang harus diimani. Sekiranya ada orang yang meragukan hal tersebut maka secara historis hal tersebut dapat dipatahkan karena secara sunnatullah haruslah ada hujjah Tuhan yang memiliki kekuatan yang mampu mengatasi kecerdasan orang-orang dizamannya bahkan bisa mengatasi kekuatan semesta. Sementara kaum imperialis yang berusaha memperalat teknologi antariksa masih sangat jauh kearah penaklukan antariksa. Maka siapa yang bisa diharap selain wali-wali Tuhan tersebut ?
Bentangan sejarah sungai kenabian mengharuskan adanya manusia suci sebagai pasak semesta. Kehadiran wali Tuhan tersebut tidak pernah disebutkan bahwa ada orang pintar diantara orang-orang pintar setiap zaman yang berhasil mengalahkan keunggulannya. Jika Allah mengutus Nabi Muhammad SAAW dengan Al Qur’an dan kekuatan pedang, maka Hujjah terakhir Tuhan pasti akan turun dengan Al Qur’an dan dalil-dalil burhan serta kekuatan yang mampu mengungguli kekuatan pada zamannya. Dalam hal ini pengembaraan antariksa dan pendaratan di planet lain akan menjadi salah satu ciri identifikasi hujjah tersebut.
Dalam bagian akhir dari buku perjalanan antariksa ini, Sayyid Sistani mengutip sebuah riwayat dari Nabi pada malam mi’raj bahwa Allah memberitahukan tentang perjalanan ke langit bagi Hujjah terakhir Tuhan di zaman ini. Bahkan bukan tentang itu saja, melainkan juga prediksi terbentuknya pemerintahan seluruh dunia dibawah kendali Imam zaman.
Rasulullah saw bersabda: "Aku berkata: Wahai Rabbku, mereka itu para washiku (wakilku) setelahku? Kemudian terdengar seruan: Ya Muhammad, mereka adalah para kekasihku, kecintaanku, pilihanku dan hujahku atas makhluk-Ku setelahmu dan juga mereka adalah para washimu, khalifahmu serta makhluk terbaikku setelahmu. Aku bersumpah atas keagungan dan kebesasaran diriku, sungguh akan kutampakkan agamaku dengan mereka, kutinggikan kalimatku dengan perantaraan mereka, kusucikan bumi dari musuh-musuhku dengan orang yang terakhir dari mereka, kujadikan ia pemilik seluruh timur dan barat bumi, kutundukkan angin baginya, kujinakkan awan-awan ganas untuknya, kunaikkan dia di dalam sarana-sarana, kubantu dia dengan tentara-tentaraku, kutolong dia dengan para malaikatku, hingga dia menjelaskan seruanku dan menghimpun makhluk dalam tauhidku, kemudian kukokohkan kekuasaannya dan kujalankan hari-hari di antara para kekasihku hingga hari kiamat."
Dari hadist qudsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran Hujjah Tuhan Terakhir adalah suatu keharusan sistemik demi tegaknya agama. Sinyal tentang pemerintahan tunggal di dunia dan langgengnya pemerintahan tersebut sekaligus mengkerdilkan capaian ilmu dan teknologi masa kini. Hadirnya penguasa timur dan barat, dimana angin dan awan-awan ganas takluk secara otomatis menunjuk penaklukan antariksa dengan sarana-sarana. Disini menjelaskan bahwa perjalanan antariksa tersebut tidak saja wujud mitsali dan mi’raj ruhiah semata, akan tetapi juga pengembaraan secara ragawi. Semua itu dalam rangka sebagai realisasi atas seruan Tuhan dan sekaligus menghimpun mahluk dalam lingkaran hidup tauhidi.
Dapatkan ebook Perjalanan Antariksa, Menyempurnanya Akal Manusia di link berikut : https://almonji.com/id/node/710
2 Komentar
tema yang bagus. mengingat penemuan selalu saja berlangsung, tiap jam, menit, bahkan tiap detik selalu saja ada yang baru. Termasuk perlombaan penguasaan penjelajahan luar angkasa, yang sejatinya dijadikan ajang imprealisme barat. dan syukurnya muncul perlawanan telak dari sebagian dunia Islam. dalam penjelajahan itu, nampaknya dibutuhkan "teknologi melipat waktu" karena begitu luasnya alam semesta yang butuh kecepatan diatas kecepatan cahaya
BalasHapus👋mengulas atau lebih tepatnya merangkai kembali dan memadatkannya sejenis sinopsis dengan sedikit data tambahan
BalasHapus