Oleh : Hamsinah Hamid
Wanita cantik menjelang 40 tahun itu tersedu-sedan. Mencoba menahan tangis untuk menyembunyikan kepiluan di hatinya, namun akhirnya bobol juga. Sungguh, Jamilah, nama wanita itu yang juga teman karibku, kelihatan sangat menderita. Kubiarkan ia melampiaskan rasa di hatinya. Yang sepertinya sedang berkecamuk dan sudah lama terpendam.
Jamilah memelukku dan berkata, "Sungguh berat masalah yang kuhadapi sekarang ini, say. Sangat berat. Seakan-akan tak ada jalan keluar lagi." Kujawab perlahan, "Sabar say, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Menangislah, kalau itu bisa membuat hatimu merasa lega."
Jamilah dalam isaknya menjawab, "Tidak say, aku merasa lumpuh tak berdaya. Seolah-olah aku tak punya kekuatan untuk menghadapi semua ini. Terus apa dong yang harus saya lakukan." Aku yang dari tadi penasaran menjawab, "Aduuh say, ada apa sih say, dari tadi aku kan belum tahu apa yang terjadi padamu. Bagaimana aku bisa menjawabnya?"
Teman karibku itupun berkata, perlahan "Tapi jangan bilang-bilang siapa yah, say. Tentang masalahku ini. Siapapun juga. Ini rahasia kita berdua. Janji yah say." Dia kembali menangis.
Sebenarnya aku sudah mulai menerka-nerka apa yang terjadi pada Jamilah. Mungkinkah suaminya telah selingkuh. Atau melirik wanita lain. Sehingga Jamilah kelihatannya benar-benar terpukul karenanya.
Aku menunggu dengan sabar, apa yang akan dikatakan oleh Jamilah. Dia menatapku lekat seolah-olah tak percaya bahwa aku takkan membocorkan masalah yang dihadapinya kepada orang lain. Akupun berujar kepadanya, "Kalau kamu belum sanggup menceritakannya padaku, tidak apalah. Dan barangkali kamu tidak percaya padaku yah. Bisa jadi karena aku orangnya cerewet. Tapi untuk masalah ini. Aku janji tidak akan menceritakannya kepada siapapun."
"Anisah sayang, aku jatuh cinta pada seseorang," Jamilah berbisik padaku. Aku kaget. "Itu, kamu kaget, kan? Aku sangat berharap say, apapun yang kuceritakan ini, tidak mengubah sikap dan perasaanmu padaku," Pinta Jamilah. Aku menjawab, "Iya, aku berjanji, say. Kita adalah sahabat. Sahabat yang akan saling menguatkan. Percayalah."
Aku sebenarnya kaget. Kaget karena dugaanku salah. Terbalik seratus delapun puluh derajat. Kukira suaminya yang selingkuh. Ternyata dia yang jatuh cinta pada seseorang. Aduuh kasihan, cobaan apalagi ini yang menimpamu, sobat.
"Sebenarnya, bagaimana awalnya ceritanya sih, kamu jatuh cinta pada PIL (Pria Idaman Lain) mu itu. Maaf yah kawan, aku memakai istilah itu."
Jamilah menjawab, "Awalnya, aku menghadiri reuni SMA. Aku bertemu dengannya, mantanku. Banyak yang berubah darinya. Sikapnya yang jauh lebih dewasa. Penampilannya yang charming. Kata teman lain, ia sudah menjadi pengusaha sukses. Tapi sayang, ia belum menikah. Ia menyapaku dengan hangat dan menanyakan nomor Whattsupku. Akupun memberikan nomor WA ku".
"Akhirnya kami pun chattingan. Chattingan dengannya begitu mengasyikkan. Sampai lupa waktu. Kami cerita ini itu, cerita masa lalu yang penuh kenangan. Sampai akhirnya aku terbuai. Dan rasa sayang pun bertumbuh kembali tanpa bisa dikendalikan lagi.. Pada akhirnya kusadari, perasaan cinta kepada suamiku sendiri hilang begitu saja. Perasaanku kepada suamiku terasa hambar," lanjut Jamilah.
Jamilah menjawab, "Awalnya, aku menghadiri reuni SMA. Aku bertemu dengannya, mantanku. Banyak yang berubah darinya. Sikapnya yang jauh lebih dewasa. Penampilannya yang charming. Kata teman lain, ia sudah menjadi pengusaha sukses. Tapi sayang, ia belum menikah. Ia menyapaku dengan hangat dan menanyakan nomor Whattsupku. Akupun memberikan nomor WA ku".
"Akhirnya kami pun chattingan. Chattingan dengannya begitu mengasyikkan. Sampai lupa waktu. Kami cerita ini itu, cerita masa lalu yang penuh kenangan. Sampai akhirnya aku terbuai. Dan rasa sayang pun bertumbuh kembali tanpa bisa dikendalikan lagi.. Pada akhirnya kusadari, perasaan cinta kepada suamiku sendiri hilang begitu saja. Perasaanku kepada suamiku terasa hambar," lanjut Jamilah.
Aku merespon ceritanya, Aku katakan padanya, "Artinya CLBK Ki ini say. Cinta Lama yang Bersemi Kembali. Aku pikir ini ujian, say. Sekian lama engkau dan suamimu kelihatannya harmonis. Tak pernah ada masalah yang berarti di antara kalian berdua. Tapi, karena kehadiran seseorang dari masa lalumu membuatmu terlibat dalam masalah yang cukup rumit. Hmmm. Tapi aku yakin, kamu bisa melewati semua ini. Bagaimana dengan suamimu? Apa suamimu tahu perasaanmu padanya?"
Sahut Jamilah, "Suamiku tahu say, tapi dia tidak peduli. Dia terlalu mencintaiku. Dia memang suami yang sangat baik. Malah saat ini, dengan kondisiku yang labil ini. Dia yang mengerjakan urusan rumah tangga. Dia yang memasak. Dia yang mencuci. Pokoknya, dia melayani aku. Seperti seorang hamba terhadap majikannya. Sungguh, aku kasihan sekali padanya."
"Betul-betul, seorang suami yang baik. Jamilah say, ini ujian dan cobaan bagimu. Lelaki yang di dunia maya itu, seperti imajinasi saja. Kelihatan manis tapi belum tentu faktanya demikian. Nah, suamimu ini yang sudah nyata kebaikannya. Jangan kau sia-siakan say. Apalagi sudah hadir di antara kalian anak-anak yang manis itu. Kan kasian anak-anak yang belum mengerti apa-apa itu. Jika terjadi perpisahan kedua orang tuanya. Yakinlah anak-anak itu yang akan jadi korbannya."
"Iya, betul itu, aku juga menyadarinya. Tapi perasaan sayang itu tak bisa hilang. Aku sudah berusaha menghilangkannya. Tapi, tetap tidak bisa," Keluh Jamilah.
"Insya Allah, kamu bisa say, cobalah untuk menghapus kontakmu dengannya. Putuskan semuanya. Line, WA maupun massanger. Kalau dia menghubungi. Jangan pedulikan. Lupakanlah dia. Memang berat. Sangat berat say. Kalau tidak berat bukan ujian namanya. Insya Allah, kamu mampu melupakannya." Ujarku.
Jamilah dengan mata berbinar menatapku. Mungkin ia merasa sedikit lega. Sudah mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Sahabatnya sendiri. Dia memelukku dan berjanji akan mengikuti saranku. Akupun memeluknya dengan erat. Seakan ingin memberikan kekuatan baru kepadanya. Bahwa masalahnya akan selesai dan semuanya akan baik-baik saja.
Setelah perjumpaanku dengan Jamilah, aku merenungkan apa yang telah menimpanya. Sadar tidak sadar, Jamilah sudah terkena dampak negatif dari medsos. Suatu hal yang tampak wajar. Dengan alasan menyambung tali silaturrahmi, tanpa sadar telah melanggar aturan yang telah ditetapkan-Nya, tentang pergaulan antara lawan jenis. Aturan yang semestinya tidak dilanggar. Memang tidak ada batasan yang baku. Tapi sebagai seorang muslim/ah sudah sepatutnya kita menjaga diri dan jarak dengan lawan jenis.
Mengapa ada kasus perselingkuhan, perceraian dan semacamnya, karena kita sendiri yang tidak menjaga diri dan hati kita. Kita sudah punya suami, tapi kita masih curhat dengan lelaki lain yang bukan mahram kita. Kita sudah punya istri tapi masih ngobrol chatting yang tidak penting dengan wanita lain. Kita yang belum punya suami atau isteri tetapi kita berinboxria dengan lelaki atau perempuan yang bukan mahram kita. Padahal sudah ada peringatan dari Nabi kita, bahwa barang siapa yang berduaan laki-laki dan perempuan, maka yang ketiganya adalah setan.
Dalam bermedsos pun, peringatan Rasulullah ini mesti kita ingat. Setan pun bisa berada di antara kita. Ketika mulai chattingan, inbox-an atau massenger-an dengan lawan jenis. Harus ingat rambu-rambunya. Boleh atau tidak boleh. Kalau bukan sesuatu yang sangat penting, hanya sekedar say hello, apalagi untuk curhat, sebaiknya jangan deh. Karena biasanya, awalnya curhat lama-kelamaan menjadi simpati dan akhirnya tumbuh benih-benih cinta alias jatuh ma'bung...eh jatuh cinta. Akhirnya setan pun berperan. Menggoda, merayu dan akhirnya kita pun terjatuh dalam lembah dosa.
0 Komentar