MIHRAB JIWA
Oleh : Tajuddin Noer
Di Simpang jalan diantara rindu
Aku mengeja tubuhmu
Dari mata hingga jiwamu
Aku rengkuh dalam selimut cinta
Hingga rasamu dan rasaku
Menyatu dalam nirwana
Ditepi semesta di antara bola matamu
Aku menatap segenap hasrat
Agar mengitarimu dengan khusu'
Hingga kita bertemu di safa-marwa
Berlari kecil mengejar harap
Dan air kehidupan mengalir
Di batas kota diantara pelangi
Gemuruh rindu mulai berkecamuk
Hingga badai senyum runtuh
Menimpa hasrat yang menggebu
Engkau dan aku menuju mihrab
Untuk bersujud dalam nada cinta
Di atas sajadah kita menghiba
Menuju jalan di pusat hening
Meraju asa yang kian dekat
Pada rasa dalam kobaran rindu
Di jalan cinta kita bersua
Makassar, 20.11.2019
SEPERTI LARON
Pada pusat jiwa di gemuruh rindu
Aku nyalakan lilin menghalau gelap
Yang tak mau beranjak dari akal mesum
Bahkan aku meminang kunang-kunang
Agar mataka tetap bersama cahaya
Berulang kali aku mendobrak tirai
Menyuluh makna di balik gelap
Yang tersandra oleh ego
Terlilit oleh nafsu
Tersulut oleh amarah
Bahkan berkali-kali
Aku memutus rantai
Yang membelenggu kaki
Agar aku berhenti melangkah
Berpangku tangan dan bertopang dagu
Ah, aku bukan bayangan dari gelap
Bukan pula onggokan nafsu
Apa lagi gemuruh amarah
Tapi aku hanyalah musafir
Yang terpisah dari kaum darwisi
Duh, aku ini tidak kehilangan obor
Apa lagi hidup
Tidak, aku akan terus melangkah
Bersama waktu di antara gerak
Meskipun membawa satu huruf
Ah, bagiku sudah cukup
Untuk arungi samudra
Di simpang jalan
Sang waktu masih nampak
Berputar pada poros di lintasan kehidupan
Meskipun gerigi-gerigi ruang waktu
Sudah nampak menua
Persinggahan nampak bergerombol
Hendak menuju kampung halaman
Dari mata dan wajah mereka tersirat rindu
Sudahlah
Karena tak seorangpun mampu membujuk
Untuk berhenti arungi samudra
Mencari jejak harapan
Yang entah terselip di balik takdir
Atau terbenam di perut bumi
Aku tetap merawat isyarat cahaya
Seperti laron mati dalam peluh cahaya
Makassar, 30.11.2019
0 Komentar