Katanya membeber
Dengan penuh sadar
Namun sedikit berbinar
Aku dicibir
Aku dicecar
Aku disindir
Aku dianggap sangar
Dikira barbar
Hak-hakku dilanggar
Disudutkan di mimbar-mimbar
Didorong ke pinggir-pinggir
Tak boleh berdiam di kantor-kantor
Kata mereka aku sudah terpapar
Selaku penebar teror
Dan manipulator
Cadar dianggapnya sudah hingar bingar
Bisa bikin geger
Menembus batas pagar-pagar
Membahayakan tagar-tagar
Hendak bikin makar
Kendati cadar bukanlah urusan mendasar
bukan juga soalan mengakar
Ini hanya perkara standar
Cadarku hanya kehatian-hatian dalam kadar dan ikhtiar
Cadarku ingin menangkis pandangan mencakar
Intipan yang membakar
Cadarku hanya penawar
Agar fitnah tak menebar
Gossip tidak tersebar
Cadarku bukanlah kelakar
Lucunya mereka acuh pada wanita ala bar
Abai pada perempuan semi suka pamer
Tiada protes pada gadis dengan tonjolan dua telur dadar
Malah doyan dengan bibir menor-menor
Melotot pada gemulai bokong yang berpendar-pendar
Membayangkan kulit mulus transparan lagi samar
Memburu penuh nafsu pada lekukan tubuh ala gitar
Semoga keadilan tak makin pudar
Hukum tak makin error
Namun aku tetap sabar
Senantiasa tegar
Tak akan gentar
Apalagi sampai gemetar
Hidup memang penuh getir
Cadar tak bermakna terbelenggu dalam sangkar
Bukankah cadar ada dari Srinagar hingga Makassar
Dari Qatar hingga Myammar
Dimana-mana ia telah hadir
Bahkan membuat bhineka tunggal ika kian mekar
Keragaman makin tergambar
Biarlah aku tetap di kamar
Inilah tempat utamaku berdoa, bertakbir hingga istigfar
Dari sini pun banyak yang bisa diukir
Mendidik anak dengan penuh ajar
Mengurai feminisme hingga kesetaraan gender
Membahas masa lalu hingga soal kontemporer
Mendaras Rumi hingga Mustafa bisri dalam syair
Menafsir Asiyah hingga Fatimah Azzahra dalam tabir
Sembari menanti malaikat maut dan bersua mungkar wa nakir
Bahkan hingga yaumul akhir
Dari rajabmeta.blogspot.com
0 Komentar